Rabu
09 Juli 2025 | 11 : 32

Siapa Pembunuh UMKM?

PDIP-Jatim-Adian-Napitupulu-19032023

Jujur saja, saya salah satu penggemar barang bekas. Tidak hanya pakaian bekas, tapi juga bahan bangunan bekas; furniture bekas hingga marmer, tegel bahkan genteng bekas, bahkan saya membangun desa wisata dan rumah berlantai marmer, pagar stainless, besi WF dari bekas bongkaran rumah dan gudang. Bagi saya membeli bahan bangunan bekas bagian dari komitmen menyelamatkan bumi dengan mengurangi sekian meter pemotongan gunung marmer dan mengurangi penebangan pohon untuk Furniture.

Gerilya pakaian bekas, khususnya jaket kulit, menjadi hiburan tersendiri untuk saya. Saya menganggapnya sebagai wisata yang menyegarkan, karena menemukan banyak model unik yang tidak di dapat di mall, pasar, bahkan Tanah Abang sebagai pasar pakaian terbesar di Asia Tenggara.

Kalau dikatakan, pakaian Thrifting itu membunuh UMKM, maka ijin saya mau bertanya, data apa yang digunakan para menteri itu? Menurut data Asosiasi Pertekstilan Indonesia impor pakaian jadi dari negara Cina menguasai 80% pasar di Indonesia.

Kita ambil contoh di tahun 2019, impor pakaian jadi dari Cina 64.660 ton, sementara menurut data BPS pakaian bekas impor di tahun yang sama hanya 417 ton atau tidak sampai 0,6 % dari impor pakaian jadi dari Cina. Di tahun 2020 impor pakaian jadi dari Cina sebesar 51.790 ton, sementara pakaian bekas impor hanya 66 ton atau 0,13% dari impor pakaian dari Cina. Tahun 2021 impor pakaian jadi dari Cina 57.110 ton sementara impor pakaian bekas sebesar hanya 8 ton atau 0,01% dari impor pakaian jadi dari Cina.

Jika impor pakaian jadi dari Negara Cina mencapai 80%, lalu pakaian jadi impor Bangladesh, India, Vietnam dan beberapa negara lain sekitar 15%, maka sisa ruang pasar bagi produk dalam negeri cuma tersisa maksimal 5%. Itupun sudah diperebutkan antara perusahaan besar seperti Sritex, ribuan UMKM dan pakaian bekas impor.

Dari 417 ton impor pakaian bekas itu pun tidak semuanya bisa di jual ke konsumen. Ada yang tidak layak jual. Rata-rata yang bisa terjual hanya sekitar 25 % hingga 30 % saja atau dikisaran 100 ton saja.

Jika dikatakan bahwa pakaian bekas impor itu tidak membayar pajak, maka itu juga bisa diperdebatkan. Data yang saya sampaikan di atas adalah data BPS yang tentunya juga harus tercatat juga di bea cukai.

Dari seluruh angka di atas, sesungguhnya UMKM kita dibunuh siapa? Mungkin urut-urutannya seperti ini. UMKM 80% di bunuh pakaian jadi impor dari Cina, sementara pakaian jadi impor Cina saat ini tidak dibunuh, tapi sedang digerogoti oleh pakaian bekas impor.

Jadi, siapa sesungguhnya yang dibela oleh Mendag dan Menkop UMKM? Industri pakaian jadi di negara Cina atau UMKM Indonesia. Ayo kita sama sama jujur.

Kenapa para menteri itu berlomba-lomba mengejar, membakar, dan menuduh pakaian bekas itu menjadi tersangka tunggal pelaku pembunuhan UMKM? Kenapa para menteri itu tidak berupaya mengevaluasi peraturan dan jajarannya untuk memberi ruang hidup lebih besar, melatih cara produksi, cara marketing bahkan kalau perlu membantu para UMKM itu menerobos pasar luar negeri.

Sekali lagi, mencari kambing hitam memang jauh lebih mudah dari pada memperbaiki diri.

Dari data di atas, sungguh saya tidak menemukan argumentasi rasional upaya pemburuan pelaku thrifting, selain dari permintaan para importir pakaian jadi yang menguasai 80% pasar Indonesia. Atau jangan-jangan perintah bumi hangus pakaian bekas ini permintaan istri pejabat yang tidak rela ada tukang ojek online yang pakai sepatu merk Bally dan mbak pedagang sayur yang pakai jaket Balenciaga atau mungkin anak para pejabat penggemar Rubicon protes keras ketika montir bengkel tempat Rubicon ganti oli ternyata pakai kaos branded.

Semoga nanti tidak ada kasus orang miskin dipukuli karena pakai baju branded yang dia beli di Gede Bage atau Pasar Senen yang kebetulan sama warna, merek, dan motif dengan baju branded anak pejabat pemilik Rubicon itu. Konon anak pejabat kaya sering tersinggung berat kalo dapat saingan.

Akhir kata, semoga para menteri tidak memberi data dan cerita yang tidak benar pada presiden, terkait dampak pakaian bekas impor terhadap UMKM dan dampak pakaian baru impor dari Negara Cina. (*)

BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tag

Baca Juga

Artikel Terkini

SEMENTARA ITU...

Muhammad Zaini Buka Konferensi IGTKI Kecamatan Kraton

KABUPATEN PASURUAN – Wakil Ketua DPRD Kabupaten Pasuruan, Muhammad Zaini,  membuka Konferensi Ikatan Guru Taman ...
KRONIK

Punya Sejarah Panjang, Megawati Dorong Hubungan Indonesia dan Tiongkok Terus Ditingkatkan

BEIJING – Presiden ke-5 RI yang juga Ketua Umum PDI Perjuangan Prof.Dr. (H.C) Megawati Soekarnoputri bertemu dan ...
LEGISLATIF

RI Kena Tarif 32% Trump, Said Abdullah: Semua Negara Jadi Tumbal Kepentingan AS

JAKARTA – Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI MH Said Abdullah menyikapi Indonesia yang diganjar tarif 32% oleh ...
KRONIK

Bupati Ipuk Bersama Ratusan Guru dari Berbagai Daerah Kumpul di Banyuwangi, Apa yang Dibahas?

BANYUWANGI – Sebanyak 885 tenaga pendidik dari berbagai daerah di Indonesia hadir di Banyuwangi dqlam acara Temu ...
EKSEKUTIF

188 Rumah Reyot di Ngawi Direhab Tahun Ini

NGAWI – Wakil Bupati Ngawi, Dwi Rianto Jatmiko, turut serta dalam kegiatan sambatan atau gotong royong membedah ...
KABAR CABANG

DPC Lamongan Fogging Serentak, 8 Sampai 26 Juli 2025

LAMONGAN – Dalam semangat memperingati Bulan Bung Karno 2025, Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Perjuangan Kabupaten ...