SURABAYA – Di tengah derasnya arus modernisasi, masih ada warga Surabaya yang bersemangat melestarikan dan mempopulerkan budaya tradisional, khususnya kesenian karawitan. Seperti yang dilakukan warga RW 02 Kelurahan Medokan Semampir, Kecamatan Sukolilo yang membentuk kelompok kesenian bernama Margahayu.
Seperti namanya, ‘Margahayu’ yang memiliki arti jalan keselamatan, kelompok kesenian yang berdiri sejak setahun lalu itu memiliki harapan agar masyarakat memperoleh keselamatan di tengah pandemi.
Ketua Margahayu, Tugimin, menceritakan, terbentuknya kelompok kesenian karawitan ini awalnya untuk mengisi kegiatan warga RW 02 di tengah pembatasan kegiatan saat pandemi.
“Karena ketika itu tidak banyak kegiatan yang bisa dilakukan, kita bingung dan kesepian. Pekerjaan sepi, mau pulang kampung tidak bisa, hiburan terbatas. Kemudian kita kumpul-kumpul dan terbentuklah kelompok karawitan,” ujarnya.
Ia mengatakan, mereka berlatih mulai dari nol dengan mendatangkan pelatih seminggu sekali di Balai RW 02 atas izin Ketua RW setempat.
“Setiap latihan kita ada iuran per anggota Rp 25 ribu. Tiap pertemuan seminggu sekali kita bayar pelatih Rp 250 ribu. Sehingga kalau sebulan sebesar Rp 1 juta. Sedangkan perangkat gamelan disediakan oleh pelatih,” jelasnya.
Tugimin menambahkan, meski baru terbentuk setahun, namun kelompoknya sudah beberapa kali tampil di muka umum. Di antaranya beberapa kali di gereja, kemudian di Muhammadiyah Sutorejo.
“Dan nanti mau tampil juga di acara sedekah bumi di desa kami,” sambungnya.
Tak hanya sekadar mengisi waktu di tengah pembatasan saat pandemi, lebih dari itu, Margahayu hadir juga untuk mengedukasi sekaligus memperkenalkan kesenian tradisional kepada generasi muda.
“Khususnya untuk anak-anak muda. Padahal kita sudah mengenalkan dengan setiap kali kami latihan di Balai RW, tapi mereka masih enggan untuk ikut,” ujarnya prihatin.
Mengetahui hal tersebut, anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kota Surabaya, Anas Karno, mengapresiasi keberadaan kelompok kesenian karawitan Margahayu.
“Ternyata masih ada warga Surabaya yang peduli terhadap kesenian tradisional. Tidak hanya peduli, kelompok warga ini juga bersemangat untuk melestarikan,” ujarnya.
Wakil Ketua Komisi B DPRD Surabaya tersebut menambahkan, kesenian tradisional merupakan kearifan lokal yang menjadi tonggak bangsa Indonesia.
“Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri meminta para kader PDI Perjuangan agar memperkuat jati diri nasional dalam bidang kebudayaan,” jelasnya.
Anas menambahkan, penguatan kebudayaan, merupakan salah satu esensi pokok Trisakti yang digagas oleh Bung Karno dalam pembumian ideologi Pancasila.
“Jadi, sudah seharusnya kesenian tradisional dilestarikan. Bukan hanya oleh warga, tetapi juga pemerintah kota. Karena kita berharap pemerintah kota punya perhatian terhadap kelompok kesenian karawitan ini,” pungkasnya. (dhani/set)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS