
SURABAYA – Suhu politik pilwali Surabaya mulai menghangat meskipun coblosan baru dilaksanakan pada September 2020.
Makin banyak figur yang menampakkan diri untuk maju pilwali. Ada yang sudah deklarasi, ada pula yang masih meraba-raba sambil mengamati situasi terkini.
Dari hasil survei Departemen Statistika ITS yang bekerja sama dengan Jawa Pos, masih banyak warga Surabaya yang blank terhadap calon yang layak menggantikan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Kalangan partai politik menilai figur Risma begitu kuat di mata publik selama menjabat dua periode. Bahkan, Risma disebut terlalu pintar sehingga sulit dicari sosok yang sepadan.
Lantas, bagaimana Risma menilai sosok yang layak menggantikan dirinya? Wali kota perempuan pertama Surabaya itu agaknya mengharapkan figur yang kelak memimpin Surabaya adalah orang yang ’’gila’’.
Harapan tersebut terungkap saat dia menghadiri pembukaan kejuaraan drag race di sirkuit kompleks Gelora Bung Tomo kemarin siang (27/7).
’’Mungkin someday ada, wali kotanya rodok gendengkayaksaya,’’ kata Risma. Dia menjelaskan itu dengan memberikan contoh bahwa wali kota berikutnya bisa mengadakan kompetisi balapan internasional sekelas Formula 1 di Surabaya.
Sarana penunjang seperti sirkuit balapan itu sudah ada dan perlu ditingkatkan lagi fasilitasnya. Ke depan bisa disambungkan pula dengan jalur lingkar luar barat (JLLB).
Di JLLB yang punya panjang sekitar 5 kilometer itu ada titik yang bisa dijadikan tempat pendaratan pesawat. Tidak ada taman di median jalan yang menjadi pemisah jalur. Taman hanya ditempatkan sebagai pemisah jalur cepat dan jalur lambat.
Sementara itu, pemisah di tengah adalah tanaman dalam pot yang bisa digeser dengan cepat. Dengan demikian, dalam keadaan darurat, jalan tersebut bisa begitu lapang dan mudah menjadi landasan pesawat. Namun, JLLB dengan bentuk seperti itu ditargetkan baru selesai tahun depan.
Risma dilantik pada 17 Februari 2016 untuk memimpin selama lima tahun. Artinya, masa jabatannya berakhir pada 2021. Sementara itu, coblosan pilwali direncanakan pada 23 September 2020.
Lebih lanjut, Risma mengungkapkan gendeng itu seperti dirinya yang nekat. Apabila punya program yang bagus, harus direalisasikan.
’’Pengin punya mimpi apa, aku wujudkan. Suatu saat dia bisa mengundang F1 kenapa tidak? Sudah layak kok Surabaya dijual,’’ ungkap Risma.
Dia pun meyakini sebenarnya mampu untuk mengadakan ajang balap internasional seperti F1. Hanya, masa jabatannya akan berakhir. ’’Aku tak ada waktu saja. Cuman, aku yakin bisa. Tapi, enggak ada waktu,’’ imbuh perempuan kelahiran Kediri 57 tahun lalu itu.
Meskipun tidak menjadi pengurus PDI Perjuangan di tingkat DPC maupun DPD, Risma adalah sosok yang punya pengaruh di partai berlambang banteng moncong putih tersebut.
Seorang politisi senior di partai itu menyebut Risma kenal baik dengan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Misalnya, hal itu dibuktikan dengan Risma dan Mega yang jalan-jalan ke taman. ’’Salurannya ke Bu Mega itu ibarat sungai bening, jernih sekali,’’ ujar politikus tersebut.
Direktur SCG Consulting Didik Prasetyono menuturkan, kemenangan periode kedua duet Risma-Whisnu Sakti Buana pada 2015 mencapai 86 persen.
Jumlah tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Surabaya sangat mendukung kelanjutan pembangunan di Surabaya. Maka, elektabilitas calon yang akan didukung Risma juga bisa terdongkrak setidaknya 15–20 persen. Dukungan itu tentu harus diungkapkan secara terbuka nanti.
’’Saat ini memang belum saatnya menyebut nama. Tapi, kriteria yang diungkapkan Bu Risma itu akan jadi rujukan. Kalau Bu Risma menyebutkan sosok yang gendeng, orang akan menebak-nebak siapa itu orangnya,’’ kata Didik. (jawapos)