HAMPIR seluruh elite politik negeri ini, Rabu (8/6) sore, berkumpul di Jalan Teuku Umar Nomor 27, Menteng, Jakarta Pusat.
Di kediaman Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri itu, mereka mengenang dan memanjatkan doa untuk suami Megawati, Taufiq Kiemas yang meninggal tiga tahun lalu.
Mereka yang hadir dalam acara itu, antara lain, Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Jusuf Kalla, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Zulkifli Hasan, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Ade Komarudin, Ketua Dewan Perwakilan Daerah Irman Gusman, dan Panglima Tentara Nasional Indonesia Gatot Nurmantyo.
Hadir pula mantan Wakil Presiden Boediono, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Budi Gunawan, Kepala Badan Narkotika Nasional Komjen Budi Waseso, sejumlah ketua umum partai politik, menteri anggota Kabinet Kerja, dan pengurus PDI-P.
Sebelum buka puasa, para hadirin mendengarkan ceramah yang disampaikan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siroj dan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir.
Saat buka puasa tiba, Megawati bersama Joko Widodo yang ditemani ibu negara Ny Iriana, Jusuf Kalla, Ade Komarudin, dan Budi Gunawan menikmati hidangan pembuka puasa di sebuah ruangan kecil yang terpisah dari tamu lainnya yang memadati ruang tamu dan halaman rumah Megawati.
Di bawah terang lampu gantung chandelier, mereka duduk mengitari sebuah meja bundar untuk menikmati sajian yang ada sambil sesekali berbincang-bincang selama sekitar 45 menit. Pada kesempatan ini, sesekali, Megawati terlihat tersenyum.
Di sela makan, Megawati, yang mengenakan blus putih cerah, terkadang didekati sejumlah tokoh yang hadir pada haul ketiga Taufiq itu. Salah satu yang sempat mendekati Megawati adalah Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.
Pilkada
Basuki menghampiri lalu membisikkan sesuatu ke telinga Megawati. Setelah itu, dia meninggalkan ruangan terpisah tersebut untuk bergabung bersama sejumlah tokoh lainnya.
Kehadiran Basuki di acara ini menarik perhatian banyak pihak terkait langkahnya mengikuti Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2017. Meski telah menyatakan maju dari jalur perseorangan, sejumlah partai politik seperti PDI-P diketahui dekat dengannya.
Namun, Basuki menampik kehadirannya pada acara haul Taufiq Kiemas sebagai sebuah sinyalemen atau pernyataan politik tertentu menjelang Pilkada 2017.
“Ah, tidak sampai ke sana. Saya pasti datang, bahkan seandainya tidak diundang pun, saya pasti tetap datang,” kata Basuki, yang menyatakan dekat dengan Taufiq sejak lama.
Haul Taufiq, kemarin, juga mempertemukan Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto dengan Megawati dan mayoritas pengurus PDI-P.
Sesaat setelah terpilih sebagai Ketua Umum Golkar pada Mei lalu, Novanto menyatakan, pada Pemilihan Presiden 2019, partainya akan mengusung Joko Widodo yang adalah kader PDI-P.
Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto mengatakan, PDI-P selaku partai penguasa ingin mencontoh teladan Taufiq.
Semasa hidupnya, Taufiq selalu berhasil mempertemukan orang-orang dengan berbagai kepentingan politik dan kelompok yang berseberangan dalam satu momentum.
Ia tidak menampik jika momentum haul Taufiq seolah menjadi kesempatan pendekatan politik dari sejumlah tokoh dengan kepentingan politik yang berbeda-beda.
Perbedaan politik, ujarnya, bersifat dinamis. Ada kalanya berbagai kelompok kepentingan harus bertabrakan. Namun, satu hal yang harus diteladani dari Taufiq adalah sifat pemaafnya.
“Sikap Pak Taufiq harus diteladani. Harus ada yang mempersatukan semua tokoh, apa pun kepentingannya, bersama berdiskusi mengenai cara memajukan bangsa ini,” kata Hasto.
Seperti kata Said Aqil Siroj, Taufiq adalah sosok yang sepanjang hidupnya mampu mempertemukan berbagai kelompok, bahkan yang berseberangan jauh. Kali ini pun demikian.
Haul ketiga Taufiq kembali menyatukan para tokoh politik dengan berbagai kepentingannya di pusat gravitasi perpolitikan nasional saat ini, di Teuku Umar Nomor 27. (AGE/HAR/C04)
Sumber: Kompas
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS