SURABAYA – DPD PDI Perjuangan Jawa Timur melalui Bamusi Jatim menggelar peringatan peristiwa 27 Juli 1996 (Kudatuli) di aula Megawati Soekarnoputri, Selasa (26/7/2022). Peristiwa bersejarah tersebut, dikenang melalui tahlil dan doa bersama untuk para korban dan pejuang yang telah gugur.
“Hari ini Bamusi Jatim mendapat tugas dari DPD untuk melaksanakan acara kirim doa tahlil dan tumpengan, sekali lagi terima kasih,” ujar Ketua Pengurus Daerah Baitul Muslimin Indonesia (PD Bamusi) Jatim, Marhaen Djumadi.
Marhaen menjelaskan, momentum ini merupakan pengingat untuk saling menguatkan solidaritas dan kekuatan agar tak terpecah belah.
“Ini momentum untuk bekerja sama semua komponen,” ujarnya saat memberi sambutan.
Selain tahlil, kegiatan juga diisi dengan diskusi bersama salah satu pejuang Kudatuli asal Nganjuk, Susilo Muslim. Pria yang saat ini genap berusia 97 tahun tersebut, merupakan saksi hidup yang merasakan betapa peliknya perjuangan kala itu.
Susilo yang saat itu diberi mandat untuk mempertahankan kantor DPP Partai, mati-matian menjaga tempat tersebut hingga rela dipukuli, masuk penjara hingga disiksa oleh oknum aparat negara.
“Saya seminggu disekap di ruang bawah tanah, baru setelah itu dikeluarkan bertemu kawan-kawan. Dipukuli itu jadi hal yang biasa,” ujarnya.
Di peringatan Kudatuli ini, ia berharap nilai-nilai perjuangan tersebut tetap menjadi pedoman untuk masa depan.
“Pak Tjipto gembleng saya soal PDI itu mati-matian. Nilai yang harus diperjuangkan adalah kesatuan dan persatuan Tut Wuri Handayani jangan Tut Wuri nggerogoti,” ucapnya.
Hal serupa disampaikan Sekretaris DPD PDI Perjuangan Jatim, Sri Untari Bisowarno. Ia mengaku, peringatan Kudatuli tahun ini punya makna tersendiri untuknya.
“PDI perjuangan bisa besar karena air mata, darah, batu, cetok, pacul, harta, dan nyawa. Itu yang membuat PDI perjuangan ini ada,” ungkapnya.
Ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari peristiwa tersebut, terutama untuk para kader. Yakni, jangan sekali-kali melupakan sejarah (Jas Merah), perkuat keseimbangan demokrasi dengan Pancasila sebagai pondasi, dan harus memiliki totalitas, kesetiaan serta loyalitas pada Partai.
“Itu teman-teman generasi muda tidak boleh hanya melihat kursi, pelajari sejarahnya agar tahu apa saja momen, peristiwa penting yang menjadikan PDI Perjuangan kuat. Yang kedua konsolidasi yang tidak pernah berhenti, dan terakhir selalu menangis dan tertawa bersama rakyat,” ungkap anggota Komisi E DPRD Jatim.
Di samping itu, ke depan ia berharap para pejuang maupun korban peristiwa berdarah tersebut bisa lebih mendapat perhatian dan apresiasi dari Partai.
“Kita tidak ingin kejadian yang lalu terjadi lagi. Yang kita inginkan bersama membangun Indonesia dengan demokratis dan memiliki harmonisasi antara partai politik dan pemerintah,” pungkasnya. (nia/set)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS