BLITAR – DPC PDI Perjuangan Kabupaten Blitar menggelar acara tasyakuran dan doa bersama untuk memperingati HUT Ketua Umum Partai Megawati Soekarnoputri dan HUT ke-50 PDIP di kantor Sekretariat DPC di Desa Sawentar, Kecamatan Kanigoro, Minggu (15/1/2023) malam.
Kegiatan itu selain diikuti struktur partai, baik dari pengurus DPC, fraksi, PAC, Ranting dan Anak Ranting juga diikuti warga sekitar.
“Syukur alhamdulillah, sejumlah kegiatan pada hari ini berlangsung dengan aman dan lancar,” ucap Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Blitar, Rijanto usai acara.
Dia menjelaskan mengawali kegiatan peringatan HUT ke-50 PDI Perjuangan, pihaknya mulai menggelar khataman Al-quran sejak pagi hari, kemudian dilanjutkan dengan acara tasyakuran atau tumpengan pada malam harinya.

Ke depan, lanjut dia sejumlah kegiatan juga bakal digelar. Di antaranya penghijauan pada 22 Januari dan jalan sehat pada 29 Januari depan.
“Saya berharap seluruh keluarga besar PDI Perjuangan bisa hadir dalam acara ini terlebih lagi masyarakat juga bisa ikut meramaikan dan memeriahkan acara. Karena banyak hadiah dan doorprize yang dibagikan,” jelasnya.
Di kesempatan ini, mantan Bupati Blitar tersebut secara khusus juga mengucapkan terima kasih kepada Ketua Umum, Megawati Soekarnoputri yang telah mampu menjaga eksistensi PDI Perjuangan sampai pada usia yang ke-50 tahun.
Kedepan, dia berharap PDI Perjuangan akan terus komitmen dan konsisten dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat kecil sebagai ikhtiar membangun Indonesia.
Sementara itu, Sekretaris DPC PDI Perjuangan Kabupaten Blitar, Supriadi menyebut pada HUT ke- 50 PDI Perjuangan akan dijadikan momentum untuk membangun kedekatan dengan masyarakat.

“Misalnya seperti acara ini, DPC melibatkan masyarakat sekitar. Yang jelas tujuannya agar ada chemistry di antara kita. Dengan begitu akan terbangun kesadaran bahwa kantor sekretariat ini juga dijadikan rumah masyarakat,” jelasnya.
Menurut dia agenda hari ini mencerminkan dua nuansa yakni religius dan nasionalis. Di mana khataman Al-quran dan tumpengan merupakan dua nilai yang berbeda namun bisa dipersatukan.
Sema’an Al-quran, ujarnya adalah agenda dengan nuansa religi, sementara tumpengan merupakan tradisi leluhur yang harus dijaga dan tetap dipertahankan sebagai wujud nasionalis kader.
“Semoga dengan ini, kita semua dapat lebih guyub rukun, antara kami sebagai kader partai dan juga masyarakat,” harapnya. (arif/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS