JAKARTA – Ketua DPP PDI Perjuangan Andreas Hugo Pareira berpendapat, kehadiran Presiden RI Joko Widodo dalam Jambore Komunitas Juang Relawan Jokowi di Bumi Perkemahan dan Graha Wisata Pramuka, Cibubur, Jakarta Timur, sebagai salah satu upaya menjaga sinergi yang baik pasca pemilihan legislatif (pileg) dan pemilihan presiden (pilpres).
“Ini semua kawan-kawan seperjuangan yang sejak pilpres, masa kampanye, kemudian setelah Pak Jokowi menjadi presiden, kita tetap harus sinergi mendukung pemerintahan agar bekerja baik menyelesaikan tugas,” kata Andreas Hugo Pareira, Sabtu (16/5/2015).
Menurut Andreas, jambore relawan sebagai momentum yang baik untuk menguatkan ikatan dan saling bahu-membahu menyukseskan pemerintahan yang stabil. Dia juga mengatakan, karena sejak awal para relawan Jokowi-JK beraktivitas dengan kesukarelawanan, maka pendanaan acara jambore pun didasarkan pada kegotongroyongan.
Andreas mengungkapkan, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri belum bisa hadir di acara itu karena berada di luar kota untuk tugas partai. “Yang pasti, Ibu ketua umum memberi perhatian dan simpati kepada teman-teman relawan,” jelasnya.
Ketua Penyelenggara Acara, Adian Napitupulu mengatakan, kehadiran Presiden Jokowi di acara Jambore Komunitas Juang Relawan Jokowi membuktikan bahwa Jokowi tak pernah lupa kepada para relawan.
“Pertemuan terbuka ini membuktikan bahwa Presiden kita, Pak Jokowi, tidak pernah melupakan rakyatnya, tidak melupakan pemilihnya, tidak melupakan pendukungnya,” kata Adian.
Acara ini, sebut Adian, diikuti 7.832 orang peserta. Mereka adalah perwakilan kelompok sukarelawan yang hadir dari seluruh Indonesia. Jumlah itu masih ditambah masyarakat yang hadir ke acara itu dengan sukarela.
“Kita datang dari Aceh, Papua, Lampung, Sulawesi Selatan. Semuanya telah menunggu Pak Jokowi dari dua malam yang lalu,” tegas Adian.
Sementara, Jokowi saat berpidato di acara itu menjelaskan persoalan ekonomi, di antaranya masalah subsidi BBM. Kata dia, rakyat Indonesia dimanjakan dengan subsidi BBM yang anggarannya sangat besar.
“Anggaran satu tahun subsidi BBM sebesar Rp 300 triliun. Dana itu sangat besar sekali dan hanya untuk subsidi BBM. Makanya dananya saya pangkas dan dialihkan ke hal-hal yang produktif,” jelas Jokowi.
Di sisi lain, dana subsidi BBM itu, menurutnya diambil dari APBN yang bersumber dari utang. Dengan tegas presiden yang juga kader PDI Perjuangan ini menegaskan kalau tindakan itu tidak benar.
Jokowi menyadari konsekuensi dari kebijakannya itu membuat dirinya dimaki-maki. “Memang sakit rasanya. Saya tahu itu. Namun perubahan harus dilakukan dan dimulai dengan yang sakit. Mereka belum tahu kemana arah kebijakan saya itu. Dan perlu dicatat saya tidak takut tak populer. Dan jangan dipikir saya ini penakut,” tegas Jokowi. (goek/*)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS