SURABAYA – Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memberikan treatment khusus kepada 53 anak yang mengalami masalah pendidikan dan kesejahteraan sosial, di rumah dinas Wali Kota Jalan Sedap Malam Surabaya, Jumat (4/1/2019) malam.
Mereka diberikan pembinaan secara psikologis, agar mereka tetap melanjutkan pendidikannya.
Menurut Risma, setelah dilakukan outreach ke rumah masing-masing, diketahui bahwa anak-anak itu mempunyai berbagai permasalahan sosial. Sehingga, beberapa anak-anak itu mengalami masalah putus sekolah.
“Anak-anak ini tertangkap Satpol-PP, dan setelah kita outreach, dia memang tidak sekolah. Makanya saya tadi berikan contoh kakak-kakaknya yang sudah pada kuliah, sudah kerja, bisa memberikan semangat ke mereka. Bahwa mereka sebetulnya tidak sendiri punya masalah itu,” kata Risma.
Dari pertemuan itu, Risma menyimpulkan kebanyakan anak-anak putus sekolah ini menjalani kehidupannya dengan cara mengamen dan bekerja serabutan.
“Ini ndak bagus kalau kemudian menular ke anak-anak yang lain. Karena itu, saya harus memotong mata rantai ini, anak-anak itu harus mau sekolah,” tegas Risma.
Dalam kesempatan itu, anak-anak ini diberikan kesempatan untuk menulis masalah dan keinginannya pada secarik kertas. Dengan tujuan, agar Pemerintah Kota Surabaya bisa mengambil langkah ke depan, untuk memberikan intervensi yang pas kepada anak-anak itu.
“Setelah itu kan kita dalami mereka permasalahannya apa, misalkan dia putus sekolah SMP, kemudian kita harus apakan,” terangnya.
Bahkan, ungkap Risma, ada salah satu anak yang usianya masih 7 tahun dan selama ini tidak sekolah karena diajak pamannya mengamen.
Pemkot Surabaya mengambil langkah tegas untuk menjadikannya sebagai anak asuh. Nantinya, dia akan dirawat dan disekolahkan oleh Pemkot Surabaya.
“Dia kita ambil, jadi sekarang tinggal di tempat kita. Dia sepertinya dimanfaatkan oleh keluarganya untuk jadi pengemis. Saya tidak mau, saya harus melindungi itu,” tuturnya.
Sementara itu, anak 7 tahun itu mengaku bahwa selama ini diajak pamannya mencari uang dengan cara mengamen di atas bus. Selama ini, ia diajak pamannya mengamen keliling kota, dan uang yang dihasilkan pun kemudian diminta oleh pamannya.
“Saya diajak paman ngamen keliling-keliling kota naik bus. Dari Tuban, Rembang, Pati, Semarang, Cirebon, Tegal, Karawang terus ke Jakarta,” ungkapnya.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A) Surabaya Chandra Oratmangun mengatakan, setelah dilakukan pembinaan, nantinya anak-anak ini akan kembali di sekolahkan oleh Pemkot Surabaya.
Sementara bagi yang ingin bekerja, akan difasilitasi untuk mengikuti training atau pelatihan di Surabaya Hotel School (SHS). “Kalau dia tidak mau sekolah lagi, kita arahkan kejar paket. Tapi kalau dia mau sekolah, kita kembalikan ke sekolah asalnya,” ujarnya. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS