
BANYUWANGI – Bupati Abdullah Azwar Anas berkunjung ke SMKN I Glagah, Banyuwangi untuk menyemangati siswa-siswi SMA/SMK yang sedang mengikuti kegiatan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS).
Apel MPLS yang digelar di SMKN I Glagah ini diikuti sekitar 1.000 siswa yang berasal dari empat sekolah, yakni SMKN I Glagah, SMAN I Glagah, SMAN I Giri dan SMKN I Banyuwangi.
Di hadapan ratusan siswa tersebut, Anas menyebut sejumlah tokoh-tokoh bangsa yang memulai kiprahnya sejak masa SMA, salah satunya Bung Karno. Tokoh proklamator ini sudah menuliskan mimpinya membangun bangsa ini dari masa SMA.
“Di kamar Bung Karno kala SMA sudah tertulis ‘Masa Depan Bangsa Indonesia akan Dikobarkan Anak Muda’. Dan itu diwujudkan Bung Karno bersama tokoh-tokoh muda lainnya untuk membentuk republik. Ini menunjukkan bahwa usia SMA adalah masa transisi yang paling penting. Masa-masa SMA ini menentukan kesuksesan di masa mendatang,” kata Anas.
“Belajarlah yang rajin dari sekarang, jangan mudah menyerah. Walau kita ini berada di ujung pulau, jangan patah arang. Dengan perkembangan teknologi komunikasi, semua sekarang memiliki peluang yang sama untuk sukses,” lanjutnya.
Anas juga memberikan kisah inspiratif saat dirinya masih menjalani masa-masa sebagai pelajar SMP dan SMA. Terutama saat Anas menjalani masa-masa sulit secara ekonomi dari keluarga pas-pasan.
“Saya waktu SMP, nge-kost di pesantren, masak sendiri dengan teman teman. Kemudian waktu di Jember saya sekolah jalan kaki, di tengah teman teman diantar naik motor,” kata Anas.
Dari kisahnya, Anas ingin menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara siswa dari keluarga kaya dan miskin, semua mendapatkan kesempatan yang sama untuk meraih kesuksesan. Hal ini dia gambarkan dengan mengilustrasikan dirinya saat masih menjadi pelajar.

“Orang sukses bukan hanya dari orang yang kaya, tapi juga banak dari keluarga kurang mampu, karena banyak yang tidak manja,” ujarnya.
Anas kemudian menceritakan sosok teman satu kamar saat tinggal di pondok pesantren. Dia bernama Muhroji, berasal dari keluarga tidak mampu.
Muhroji hanya memiliki satu pasang seragam, dan sepasang sepatu. Muhroji digambarkan sebagai orang yang tekun, percaya diri dan dari keluarga tidak mampu.
“Teman satu kamar, Muhroji, dia anak orang tidak mampu dari Ambulu, Jember. Rumah bilik bambu, lantai tanah, celana hanya satu, sepatu dipakai meski bolong-bolong. Saat jam istirahat, dia tidak di kantin karena tidak ada uang saku, dan selalu puasa Senin Kamis, rajin solat Dhuha. Berangkat sekolah jalan kaki, saat musim hujan, sepatu dimasukkan ke dalam baju,” kata Anas menceritakan temannya.
Setelah lulus SMP, Anas tidak lagi bertemu dengan Muhroji selama puluhan tahun. Kemudian Anas mendapat kabar bahwa sekarang Muhroji sudah jadi pemimpin Telkom di Sumatera.
“Dan setelah selesai, melanjutkan sekolah dengan beasiswa, dan setelah saya lama tidak bertemu, ternyata dia sudah jadi kepala telkom di Sumatra,” kata Anas.
Di akhir pidatonya, Anas meminta agar siswa meningkatkan ibadahnya karena kesuksesan seseorang tak lepas dari bantuan Allah SWT.
“Kita boleh belajar setinggi langit, tapi ingat Allah SWT tetaplah yang menentukan. Dan jangan lupa, peduli dengan sesama teman yang membutuhkan pertolongan. Siapa yang menolong orang lain, maka kita akan dilingkupi keberkahan,” tutup Anas. (goek)