Bupati Anas Apresiasi Semangat Warga Jadikan Daerahnya Sebagai Ikon Wisata

Loading

BANYUWANGI – Indonesia menjadi salah satu daerah penghasil kopi terbesar di dunia. Dari sekian banyak sebaran tanaman kopi di Indonesia, Banyuwangi salah satunya.

Kebanggaan
pada potensi kopi terlihat dari antusias warga Gombengsari, Banyuwangi yang
merayakan musim panen dengan festival pada Minggu (18/8/2019).

Festival
yang diberi nama Petik Kopi ini digelar di salah satu sumber mata air terbesar
di Banyuwangi, yakni di kawasan Sumbergedor, Kelurahan Gombengsari, Kecamatan
Kalipuro.

Lokasi
festival petik kopi ini berada di kawasan perbukitan yang sejuk, di
sekelilingnya terdapat perkebunan kopi, sehingga menambah keindahan kawasan
ini. Aroma kopi pun mengular di sepanjang jalan menuju lokasi.

Bupati
Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang hadir dalam festival tersebut sangat
mengapresiasi inisiatif warga Gombengsari yang menggelar festival untuk
mempromosikan wisatanya.

Menurut
Anas, prakarsa ini menunjukkan semangat warga dalam menjadikan tempat ini
sebagai tempat wisata.

“Pemkab
akan mendukung ide ini. Apalagi ada bangunan bersejarah yang berdiri di
dalamnya. Ini merupakan potensi destinasi baru yang besar. Tidak hanya agro
wisata, namun ada wisata heritage di dalamnya,” kata Anas.

Camat
Kalipuro Henry Suhartono mengatakan, festival kopi Gombengsari yang biasanya
digelar di lingkungan Lerek, tahun ini dipindahkan ke Sumbergedor. Itu karena
warga ingin menjadikan Sumbergedor sebagai lokasi wisata.

“Selain
lokasinya yang sejuk, tempat ini juga dikenal ada bangunan bersejarah, yakni
tempat penyimpanan airnya adalah bangunan peninggalan Belanda. Warga ingin
mengangkat kawasan ini sebagai destinasi dan dikenal lebih luas,” jelas
Henry.

Sumber mata air Sumbergedor memasok 80 persen kebutuhan air bersih Banyuwangi. Sumber air ini telah dikenal sejak zaman kolonial.

Hal ini
dibuktikan dengan bangunan tempat penyimpanan airnya yang dibangun Belanda
sejak 1927. Saat ini, kawasan yang seluas 12 hektar tersebut dikelola oleh PDAM
Banyuwangi.

Festival
yang dihadiri ratusan pengunjung ini berlangsung meriah. Para pengunjung
menyaksikan proses pengolahan kopi rakyat secara manual. Mulai dari petik kopi,
roasting manual, hingga pemisahan biji kopi dengan kulitnya.

Hal ini
justru menjadi atraksi yang menarik bagi wisatawan. Seperti yang diungkapkan
oleh Emilio dari Utrecht, Belanda.

Meski dia
penikmat kopi, ternyata baru mengetahui bentuk pohon kopi setelah pelesir ke
Banyuwangi kali ini. Tak hanya itu, dia juga menikmati proses pengolahan kopi
tradisional yang tak pernah ditemui sebelumnya.

“Saya baru tahu bentuk pohon kopi ya sekarang ini. Ternyata bentuk begini ya. Kalau di Belanda, saya pakai mesin roasting, namun di sini saya mencoba secara manual tanpa mesin. Saya makin mengapresiasi kopi. Tak heran bila kopi mahal, ternyata pengolahannya butuh proses yang panjang,” ujar Emilio.

Pria ini juga mengaku senang dengan lokasi Sumbergedor. Selain mengandung nilai sejarah, bukit yang dikelilingi kebun kopi ini sangat menyenangkan untuk menghabiskan waktu. (goek)