BANYUWANGI – Beras organik produksi Banyuwangi go internasional. Setelah diekspor ke sejumlah negara, kini beras unggulan Banyuwangi ini resmi diekspor ke Italia.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, ekspor perdana ke Italia adalah bukti bahwa beras organik Banyuwangi telah memiliki standar mutu dan kualitas internasional.
“Dengan beras organik, petani punya nilai tambah, dapat harga lebih baik dibanding beras biasa,” kata Anas, kemarin.
Menurutnya, saat ini pengembangan beras organik Banyuwangi dilakukan di 9 kecamatan seluas 81,49 hektar dengan produksi 515,5 ton per tahun.
Sebanyak tujuh kecamatan telah mendapatkan sertifikat pertanian organik Standar Nasional Indonesia (SNI). Tahun ini dua kecamatan dalam proses mendapat SNI pertanian organik.
“Lewat APBD, kita akan kembangkan tambahan sekitar 120 hektar lahan padi organik bersama petani, sehingga pertengahan tahun depan sudah ada 200 hektar lahan padi organik untuk memenuhi permintaan ekspor yang tinggi,” ujarnya.
Untuk pengembangan pertanian organik, Pemkab Banyuwangi melakukan pelatihan agen hayati, pengembangan laboratorium mini agen hayati, hingga fasilitasi sertifikasi nasional dan internasional organik.
Beras yang diekspor itu adalah produksi PT Sirtanio, perusahaan agribisnis Banyuwangi yang digerakkan anak-anak muda.
Beras organik yang diekspor adalah Beras Merah Varietas Segobang A3, Beras Hitam Melik A3, dan Beras Sunrise of Java. Varietas-varietas itu telah didaftarkan sebagai padi asli Banyuwangi oleh Dinas Pertanian di Kementerian Pertanian.
Prosesi ekspor perdana tersebut berlangsung di Padepokan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pertanian Swadaya (P4S) Sirtanio, Kecamatan Singojuruh. Produksi beras organik Sirtanio bersama petani mitranya mencapai 30 ton per bulan di lahan 70 hektar.
“Kami mengambil segmen terkecil, yaitu Italia. Kami kirim ke sana 2,8 ton per bulan. Ada tim yang memantau pengelolaan lahan organik khusus ekspor, sembari terus kami tingkatkan lahan organik lainnya agar bisa standar ekspor,” terang Samanhudi, ketua Kelompok Tani Mendo Sampurno yang memproduksi beras ekspor itu.
Dia mengatakan, permintaan luar negeri terhadap beras organik Banyuwangi sangat besar. Dari China, misalnya, sebesar 60 ton per bulan. Belum lagi dari Amerika Serikat.
“Kapasitas kami terbatas. Jadi ini dipenuhi bertahap. Ke depan, kami terus merangkul petani-petani lainnya,” ujarnya.
Para petani tersebut awalnya adalah kelompok yang mendapatkan pendidikan dan pelatihan pertanian organik Dinas Pertanian Banyuwangi. Bersama PT Sirtanio yang dikomandoi Ahmad Tessario, mereka berkolaborasi menjadi badan usaha yang kini menaungi 200 petani organik lokal. Produk mereka juga dibeli berbagai perusahaan makanan raksasa. Tak hanya itu, para petani itu merupakan kluster binaan Bank Indonesia (BI) dan Pemkab Banyuwangi. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS