SURABAYA – Ketua Komisi C DPRD Surabaya Syaifuddin Zuhri mengatakan, banjir yang terjadi di Kota Pahlawan setiap kali turun hujan, lebih disebabkan jumlah waduk tidak memadai.
Waduk dan bozem yang berfungsi sebagai pengendali banjir saat ini, dinilai sudah tidak mampu menampung air dari saluran yang ada di Kota Surabaya.
Hal ini disampaikan anggota Fraksi PDI Perjuangan tersebut, untuk menyikapi adanya banjir di sejumlah kawasan Surabaya, saat turun hujan beberapa waktu terakhir.
“Surabaya masih membutuhkan waduk. Ini yang perlu diperhatikan pemkot,” kata Syaifuddin Zuhri, Kamis (9/6/2016).
Waduk dan bozem baru, jelas Kaji Ipuk, sapaan akrab Syaifuddin, diharapkan bisa memperlancar arus air di saluran-saluran pembuangan. Dengan demikian, debit air di sungai-sungai yang menuju ke waduk atau bozem, tidak sampai meninggi.
Seperti diketahui, banjir yang melanda Surabaya akhir bulan lalu, di antaranya akibat tingginya debit air di Sungai Kalimas. Sehingga Kalimas tidak mampu menampung air hujan yang turun cukup deras.
Apalagi, tambah Syaifuddin, kualitas kontur tanah di Surabaya tidak mampu menyerap air lebih dari 10 persen. Sebab, kondisi tanahnya padat liat, terutama di kawasan Surabaya barat.
“Dari kajian di zaman kolonial Belanda dulu, yang paling tidak bisa menyerap air itu di Surabaya barat,” ungkap legislator yang juga Sekretaris DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya itu.
Dia juga menyebutkan, keberadaan rumah pompa belum maksimal. Rumah pompa yang jumlahnya mencapai 58, tidak semuanya berfungsi dengan baik. Apalagi saat banjir beberapa hari lalu, beberapa mesin pompa macet.
Selain rumah pompa tidak berfungsi maksimal, Komisi C juga menemukan beberapa drainase di Surabaya tidak terkoneksi. Akibatnya, air meluber ke jalan-jalan dan ke rumah warga.
Oleh karena itu, para legislator di komisi bidang pembangunan ini bakal mengecek rumah pompa di Surabaya, untuk mencari tahu, mana yang berfungsi dan mana yang rusak. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS