JAKARTA – Pemerintah Kabupaten Trenggalek menerima penghargaan dari Universitas Indonesia (UI) GreenCityMetric dalam bidang keberlanjutan (sustainability).
Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin (Mas Ipin) usai menerima penghargaan di Balai Sidang Universitas Indonesia (UI) mengatakan bahwa masing-masing daerah memiliki tantangan berbeda-beda.
“Kabupaten itu selalu trade off-nya, kita mementingkan ekologi atau ekonomi,” ujar Mas Ipin, dalam keterangannya, Jumat (9/8/2024).
Sebagai peserta baru, Kabupaten Trenggalek berhasil menduduki peringkat 12 dari 64 kabupaten/kota.
UI GreenCityMetric adalah pemeringkatan kabupaten/kota di Indonesia dalam bidang keberlanjutan. GreenCityMetric ini bertujuan mengajak pemerintah daerah melakukan transformasi menuju kabupaten/kota berkelanjutan.
Pemeringkatan Ul GreenCityMetric sendiri berdasarkan 6 kategori penilaian yaitu penataan ruang dan infrastruktur, tata kelola sampah. Lalu, energi dan perubahan iklim, limbah, tata kelola air, akses dan mobilitas, serta tata pemerintahan.
Mas Ipin mengatakan, daerah atau kabupaten memiliki tantangan. Ibarat memperoleh kerja saja susah, namun kenapa menanam tanaman nanti hasilnya apa. “Begitu kira-kira memang kita harus menemukan terobosan termasuk juga pentahelix dengan seluruh sivitas akademika,” terangnya.
Politisi PDI Perjuangan ini mengatakan daerah kabupaten memiliki kemampuan fiskal mandiri sebagian besar didorong adanya industri, jasa perdagangan maupun ekonomi yang ekstraktif.

Sedangkan untuk kabupaten seperti Trenggalek total 70 persen kawasan hutan, seyogianya bisa memanfaatkan peluang fiskal yang lain. Salah satunya melalui pengelolaan lingkungan yang baik.
Mas Ipin berupaya Bumi Menak Sopal untuk mempertahankan ekosistem dengan menggelar Adipura Desa. Tujuannya desa ikut melestarikan lingkungan hidup.
Termasuk menjaga sumber mata air, pun juga kelangsungan ekosistem hayati ean hewani. Dengan kualitas udara akan mendapat transfer anggaran fiskal.
“Semoga kita ke depan ada offsetting. Yaitu mandatory carbon marketnya bukan saja berlaku kepada institusi perusahaan saja,” harapnya.
Suami Novita Hardini ini menilai perusahaan wilayah perkotaan dengan jumlah pabrik yang membeludak harus dikoordinir melakukan offsetting ke daerah yang memang paru-paru oksigen.
Mas Ipin menambahkan hasil pencitraan satelit, emisi karbon yang dikeluarkan masyarakat ada sebanyak 3 juta ton equivalent carbon per tahun.
Sedangkan kapasitas serapan di Trenggalek ada di angka 27 juta ton equivalent carbon per tahun. Sehingga dikatakannya, di Trenggalek sudah Net Sink Carbon sebesar 24 juta ton.
“Harapan saya sebagai wong cilik dari desa, hanya berharap besok masyarakat Indonesia itu juga dimuliakan dengan cara mereka yang melakukan preservasi lingkungan. Ini seharusnya memperoleh insentif yang lebih,” kata Mas Ipin. (put/pr)










