JAKARTA – Presiden Joko Widodo meninjau lokasi gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (30/9/2018). Presiden tiba pukul 13.00 WITA.
Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Johan Budi mengatakan, setibanya di Palu, Jokowi menerima laporan dari kementerian terkait, termasuk Pemprov Sulteng.
Sehari sebelumnya, Menko Polhukam Wiranto, Panglima TNI Jenderal Hadi Tjahjanto, dan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian telah berada di Palu.
“Presiden pimpin rapat terbatas diikuti jajaran menteri, termasuk Menteri PUPR dan BNPB. Presiden meminta penanganan pertama adalah evakuasi evakuasi korban,” kata Johan.
Setelah menerima laporan dari kementerian terkait dan BNPB, Jokowi menginstruksikan agar dilakukan penanganan jalur utama, termasuk ketersediaan listrik dan komunikasi.
Lokasi pertama yang didatangi Jokowi adalah Perum Balaroa, yang disebut mengalami dampak paling berat setelah peristiwa gempa dan tsunami pada Jumat (28/9/2018).
Johan menekankan, yang terpenting saat ini, pemerintah pusat melakukan upaya penanganan dengan cara yang cepat, termasuk mempercepat penggelontoran dana.
Data terakhir yang dirilis BNPB, korban meninggal dalam bencana ini berjumlah 832 orang, dengan rincian di Kota Palu 821 orang dan Donggala 11 orang. .
Sementara itu, Mendagri Tjahjo Kumolo membantah pemberitaan sejumlah media online mengenai adanya penjarahan pasca terjadinya gempa bumi dan tsunami di Palu dan Donggala.
Mendagri yang kebetulan saat itu tengah berada di lokasi tempat yang disebut-sebut terjadi penjarahan menjelaskan, saat itu kondisi listrik mati, bandara pun runtuh.

Halaman di sana jadi tempat pengungsi, dan ada toko yang ikut roboh, makanan dan minumannya berhamburan. “Kemudian diambil masyarakat. Jadi bukan penjarahan,” kata Tjahjo.
Saat meninjau masyarakat korban bencana yang dirawat di rumah sakit, dia melihat mereka perlu bantuan segera. Sedangkan, toko-toko tutup. Listrik pun padam.
Untuk itulah, Mendagri dalam rapat koordinasi telah meminta pemda memfasilitasi makanan dan minuman untuk korban gempa. “Beli minuman makanan di toko yang dijual, berikan dulu kepada pengungsi dan yang dirawat dirumah sakit,” tegasnya.
Dia minta agar pemda langsung mencari siapa pemilik toko. Lalu, membeli makanan tersebut. Ini adalah kondisi darurat, dan listrik mati, serta bantuan baru akan masuk pada malam hari dari daerah tetangga.
“Kondisi darurat makan-minum bantuan belum masuk, toko tutup. Ya bantu masyarakat yang perlu makan minum dan saya minta langsung ke gubernur beli minuman dari toko yang tutup. Uangnya dari gotong royong, dan Mendagri ikut beli juga,” ungkap Tjahjo.
Intinya, karena dalam keadaan darurat, penanganan cepat yang diperlukan. Apapun yang bisa dilakukan untuk meringankan warga, harus segera dilakukan. Misalnya, Pemda mencari toko yang masih menyediakan bahan makanan dan minuman.
Dia minta beli barangnya dengan dana Pemda. Harus dikawal Satpol PP dan polisi. Baru barang yang sudah dibeli, didistribusikan ke pengungsi dan korban yang dirawat di rumah sakit dengan pengawalan petugas. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS