BLITAR – Bupati Rijanto menghadiri kegiatan penanaman pohon yang digelar sejumlah jurnalis di Kabupaten Blitar dalam rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia di Dusun Gambaranyar, Desa Sumberasri, Kecamatan Nglegok, Sabtu (9/8/2025).
Kegiatan itu berlangsung di area yang berada di atas lokasi pertambangan pasir dan berdekatan dengan situs cagar budaya peninggalan purbakala Candi Gambar Wetan.
Aksi penghijauan ini turut dihadiri Kapolres Blitar AKBP Arif Fazlurrahman, dan Kapolres Blitar Kota AKBP Titus Yudho Uli.
Pada kesempatan itu, Bupati Blitar Rijanto mengapresiasi langkah para jurnalis peduli lingkungan yang menggandeng komunitas Sahabat Alam dalam kegiatan tersebut.
“Saya salut dan berterima kasih kepada jurnalis peduli lingkungan. Sasaran penghijauan ini sangat tepat, karena di bawahnya ada pertambangan pasir dengan kondisi yang memprihatinkan, dan di atasnya terdapat peninggalan purbakala,” ucap Rijanto.
“Ini kepedulian yang patut diapresiasi. Mari kita rawat lingkungan untuk anak cucu kita,” imbuh Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Blitar tersebut.
Menurutnya, kegiatan ini juga untuk mengajak masyarakat luas bersama-sama melestarikan lingkungan dari ancaman kerusakan.

“Apalagi peninggalan purbakala ini terancam hanyut atau roboh. Jika bawahnya tergerus, otomatis bagian atas tidak akan bertahan,” sebutnya.
Ketua panitia Jurnalis Peduli Lingkungan, Yosibio Noviyanto, menjelaskan bahwa kegiatan ini berangkat dari kepedulian para jurnalis terhadap kelestarian alam sekaligus pelestarian cagar budaya.
“Selain mencari berita sebagai pekerjaan utama, kami juga ingin berbuat sesuatu untuk memperingati HUT RI ke-80. Sekecil apa pun, yang penting berdampak besar,” kata Yosibio.
“Kami mendapat dukungan dari berbagai pihak untuk menanam pohon sekaligus merawat peninggalan cagar budaya yang lokasinya sangat dekat dengan pertambangan,” sambungnya.
Dia menegaskan, keberadaan pertambangan pasir yang kian mendekat ke arah situs bersejarah membuat kawasan ini rawan.
“Jika aktivitas pertambangan terus mendekat, dampaknya bisa fatal. Bagian bawah tergerus, maka bagian atas termasuk candi tidak akan bertahan,” jelas Yosibio.
Kegiatan ini diakhiri dengan penanaman bibit pohon keras di sekitar area situs, sebagai langkah awal mencegah kerusakan lingkungan dan melindungi warisan budaya untuk generasi mendatang. (arif/pr)










