SURABAYA – Dinas Pertanian kota Surabaya akan mengembangkan sistem “urban farming” di perkampungan. Sistem ini digunakan karena minimnya lahan pertanian di kota Surabaya.
Kepala Dinas Pertanian kota Surabaya, Sigit Sugiharsono mengatakan urban farming tidak membutuhkan lahan yang begitu besar. Yang paling penting, masyarakat bisa memahami bagaimana mengaplikasikan sistem perapatan tesebut.
Menurut Sigit, urban farming sudah dikembangkan sejak lama. Saat ini sudah ada 16 titik perkampungan di Surabaya yang dianggap berhasil membudidayakan urban farming, di antaranya daerah Benowo, Pakal, Karangpilang, Tandes, Asemrowo, Lakarsantri dan lainnya. Bahkan tak jarang, produk unggulan mereka banyak dipesan dari berbagai daerah di luar Surabaya.
“Di Surabaya ada 86 kelompok tani (poktan) dari 31 kecamatan. Sebagian besar dari mereka adalah keluarga miskin (gakin), dimana hasil pertanian mereka sudah dipesan dari daerah-daerah lain di Surabaya,” ujar Sigit saat ditemui di kantornya, Jumat (25/4/2014).
Sigit menambahkan, untuk memanfaatkan lahan sempit tersebut, pihaknya telah mengerahkan 6.000 warga. Lahan yang sempit itu kemudian ditanami bayam, kangkung, cabai, kubis, terong, brokoli dan tomat.
Sekadar informasi, menurut rencana, berbagai produk unggulan hasil pertanian dan perikanan dari kelompok tani (Poktan) tersebut akan dipamerkan di halaman Taman Surya, Minggu (27/4/2014) mendatang.
Kegiatan bertema ‘Aku Cinta Produk Pertanian dan Perikanan di Surabaya’ tersebut tak lain bertujuan untuk mengangkat perekonomian warga pinggiran Surabaya. (ovi)
Ket foto:
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat membuka panen raya semangka bersama warga Bangkingan Timur, Kelurahan Bangkingan, Kecamatan Lakarsantri beberapa waktu lalu.
foto: loveindonesia.com
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS