TRENGGALEK – Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin atau Mas Ipin berbagi kisah tentang pemberdayaan perempuan di wilayah yang ia pimpin.
Cerita itu ia sampaikan dalam seminar online Airlangga Forum bertema “Belajar Ke Gus Ipin Soal Pemberdayaan Perempuan”.
Mas Ipin menjelaskan, ada fakta menarik yang ia temui ketika pertama kali menjabat sebagai Wakil Bupati Trenggalek 2016 silam.
“Saya banyak menemukan fakta di Trenggalek, 20 persen masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan ini merupakan kepala rumah tangga perempuan,” ungkap Mas Ipin, dalam seminar yang diunggah di akun Youtube Pasca Sarjana Unair, Rabu (3/2/2021).
Selain itu, ia juga menemukan fakta, 23 persen dari total 48 ribu anak di Kabupaten Trenggalek tidak bersekolah.
Data lain yang ia temui ada sekitar 4.700 jiwa penyandang disabilitas di Kabupaten Trenggalek.
Fakta itu membuat Mas Ipin tergerak memberi perhatian khusus bagi para kelompok rentan di Kabupaten Trenggalek.
Di dalam kelompok tersebut termasuk di dalamnya para perempuan.
Alhasil, ketika menjabat sebagai Bupati Trenggalek, Mas Ipin menginisiasi keterlibatan para perempuan dalam penentuan arah pembangunan di Trenggalek lewat Musrena Keren.
Musrena Keren adalah akronim dari Musyawarah Perencanaan Pembangunan Perempuan, Anak, Disabilitas, dan Kelompok Rentan.
“Perempuan jarang terlibat aktif untuk menentukan keputusan pembangunan dalam forum-forum musyawarah perencanaan pembangunan. Selalu didominasi oleh laki-laki dan kelompok politik,” jelas Mas Ipin tentang alasannya mencetuskan Musrena Keren.
Melibatkan perempuan dalam pembangunan juga bukan tanpa kendala.
Ketika mendapat porsi dalam forum pembangunan, para perempuan ini cenderung kesulitan untuk menyampaikan gagasannya.
Nah, atas fakta itu, istri Mas Ipin, Novita Hardini, tercetus untuk membentuk Sekolah Perempuan, Anak, Disabilitas, dan Kelompok Rentan. Sekolah nonformal ini biasa disebut Sepeda Keren.
“Sehingga ketika mereka terjun di dalam forum, sudah ada bekal,” sambung Mas Ipin.
Dari hal tersebut, terang dia, satu per satu mulai muncul program inovatif yang menyasar para perempuan di Trenggalek. Bukan hanya di tingkat kabupaten, tapi hingga tingkat desa.
Dari sisi ekonomi, Mas Ipin menjabarkan beberapa program yang mendorong penguatan keuangan para wanita.
Salah satunya, membantu para pedagang pasar agar tak terjerat rentenir.
“Ekonomi rakyat paling banyak di pasar tradisional. Pedagang pasar tradisional 70 persennya adalah perempuan. Banyak yang bahkan perempuan berusia tua,” ungkap dia.
Caranya, Mas Ipin mendorong agar tanggung jawab perusahaan dari Bank Pengkreditan Rakyat (BPR) setempat disalurkan untuk memotong bunga kredit yang harus dibayar oleh para pedagang.
“Biasanya kita kreditnya 7 persen. Dengan CSR itu, 5 persennya kita potong menjadi 2 persen dalam setahun,” ucap dia.
Dengan cara itu, para perempuan pedagang pasar tradisional bisa mendapat modal untuk mengembangkan usaha tanpa harus “tercekik” bunga yang tinggi.
Pada September 2019, Mas Ipin menjadi perwakilan Indonesia dalam program Womens Global Development and Prosperity di Amerika Serikat.
Pulang dari program tersebut, Mas Ipin kembali mencetuskan satu program baru untuk para perempuan. Yakni dengan mewadahi mereka agar menjadi wirausahawan.
“Selama satu tahun berjalan, kami target 5.000 wirausahawan perempuan baru. Dan kami target program ini hingga 2024,” terang Mas Ipin.
Bagi Mas Ipin, perempuan layak mendapat tempat khusus dalam pembangunan sebab mereka punya peran besar bagi keluarga.
“Menurut survei, pendapatan perempuan itu 90 persen kembali ke keluarga,” pungkasnya. (tribunnews)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS