SURABAYA – Duka mendalam menyelimuti keluarga besar PDI Perjuangan mengiring kepergian sang pejuang Partai, Whisnu Sakti Buana pada Sabtu (27/5/2023) malam.
Bagi keluarga besar PDI Perjuangan, berpulangnya almarhum ke pangkuan Tuhan, sebagai bentuk kehilangan teramat sangat. Almarhum dikenal sebagai sosok yang egaliter, merakyat, dan menempatkan dirinya tidak lebih tinggi dari partai, PDI Perjuangan.
Egalitarian Mas Inuk atau Mas Whisnu, demikian almarhum karib disapa, setidaknya tercermin dari kesehariannya selama mengemban tugas sebagai Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan DPD PDI Perjuangan Jawa Timur periode 2020-2025.
Selepas mengakhiri tugasnya sebagai Walikota Surabaya pada 2021, Whisnu tancap gas mengemban jabatan barunya mengurusi “jerohan” kandang Banteng. Bertanggungjawab membentuk kepengurusan tingkat kecamatan se-Jawa Timur. Alhasil, 666 PAC se-provinsi terbentuk.
Mengurusi “bothekan”, almarhum kerap pulang larut malam dari kantor Partai. Maklum, strukturisasi kepengurusan tak sekadar bagaimana menempatkan kader pada posisi. Juga mengurusi dokumen pengurus by name by address sebagai konsekuensi partai modern yang tertib administrasi.
Hal berurusan dengan tumpukan kertas ini, yang jauh dari hingar bingar massa, bagi sebagian politisi dianggap njlimet dan menjemukan. Toh, hal tersebut dilakoni sosok sekaliber beliau. Bahkan Whisnu kerap memandu langsung para staf kesekretariatan dalam proses validasi atau penelitian dokumen.
Dengan kesibukan itu, belakangan waktu beliau juga ditugaskan sebagai Plt Ketua DPC Kabupaten Blitar. Ia pun mondar-mandir dari kota pahlawan Surabaya ke bumi patria, Blitar. Merapatkan barisan kader dan menjajarkan kepengurusan.
Demikian pula saat masa rekrutmen bakal calon anggota legislatif. Whisnu menggawangi serangkaian tahapan, mulai dari proses penjaringan dan penyaringan. Termasuk berhujan-hujan jalan kaki dari kantor Partai ke KPU Jatim, mengawal langsung proses pendaftaran berkas bakal caleg.

Serangkaian tugas yang beliau bidangi, pembentukan PAC, menjadi pelaksana tugas Ketua DPC Kabupaten Blitar, hingga pencalegan, dilaksanakan dengan kedisiplinan tinggi mengacu hierarkhi dan peraturan Partai.
“Berkaitan hal-hal teknis yang diatur regulasi Partai, beliau sangat saklek. Menjunjung tinggi hierarkhi demokrasi terpimpin dan regulasi Partai,” kata Wakil Ketua Bidang Politik DPD PDI Perjuangan Jawa Timur, Hari Yulianto.
Sebagai sesama alumni ITS Surabaya pada angkatan yang sama, Hari Yulianto paham betul karakter almarhum. Ketegasan dan pembelaannya terhadap wong cilik tak bergeser sedikitpun dari waktu ke waktu.
Menurut Hari, karakter tersebut tetap on the track sejak berkecimpung dalam pergerakan mahasiswa. Hingga sang waktu mempertemukan kembali keduanya, saat sama-sama menjadi pengurus DPD PDI Perjuangan Jatim dan menjelang akhir hayatnya.
“Kalau dalam pergaulan, beliau sosok yang luwes. Teman-temannya banyak, dari berbagai kalangan,” kata Hari.
Di balik ketegasannya, Whisnu juga sosok humoris.
“Koen wis gak cocok maneh diceluk Keceng. Deloken wetengmu (kamu sudah gak cocok dipanggil Keceng/kerempeng, coba lihat perutmu),” canda Whisnu kepada Hari Yulianto suatu ketika.
Sebagai kawan berjuang sejak jaman kuliah, Hari Yulianto merasa begitu kehilangan sosok Whisnu.
“Kami, terutama keluarga besar PDI Perjuangan, tentu merasa sangat kehilangan beliau. Selamat jalan mas Whisnu, selamat jalan pejuang,” ungkap Hari di sela masa pemulihan dirinya pasca-operasi medis, Minggu (28/5/2023).

Satu Tarikan Nafas
Belakangan waktu, DPP mengumumkan penugasan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden dari PDI Perjuangan, pada H-1 menjelang lebaran. Whisnu Sakti Buana pun di garis depan menjadi penyambung lidah antara Partai dan kelompok-kelompok relawan pendukung Ganjar di tingkat Jawa Timur.
Strategi satu tarikan nafas memenangkan Pemilu 2024 lantas beliau jalankan. Memenangkan Ganjar Pranowo sebagai Presiden, sekaligus memenangkan PDI Perjuangan di saat yang sama. Sekali mendayung, dua pulau terlampaui, seperti pepatah lama.
Racikan strategi satu tarikan nafas, menyatukan gerak langkah bersama-sama secara terpadu dari dua entitas berbeda. Satu sisi kekuatan kelompok relawan yang bertumbuh dari rasa simpati kepada personal Ganjar Pranowo, sisi lain soliditas PDI Perjuangan yang bertumpu pada hirarki organisasi kepartaian.
Posko Pandegiling Surabaya, tempat melegenda dalam sejarah perjuangan merebut demokrasi di era orde baru, lantas ia jadikan sebagai sekretariat bersama kelompok-kelompok relawan pendukung Ganjar Pranowo.
Beberapa saat lalu, Ganjar pun datang ke posko tersebut dan meresmikan pembukaan Posko Pandegiling sebagai posko pemenangan dirinya sebagai calon presiden.
Baca juga: Setelah Pandegiling, Posko Relawan Ganjar Capres Segera Didirikan se-Jatim
Hadir di tempat itu, Ganjar mendapat sambutan luar biasa. Sepanjang jalan Pandegiling, warga, relawan, dan anggota PDI Perjuangan menyambutnya dengan gegap gempita.
Strategi satu tarikan nafas dari almarhum memang belum menyentuh garis akhir kemenangan. Sebab pemilu masih Pebruari mendatang. Namun langkahnya telah menjadi pintu lebar bagi masyarakat umum untuk masuk kandang Banteng.
Baca juga: Daftarkan Ribuan KTA ke PDI Perjuangan Jatim, Sahabat Ganjar Siap Menangkan Suara
Ihwal tersebut, tengok saja peristiwa baru-baru ini. Dimana seribuan relawan pendukung Ganjar Pranowo yang terkoordinasi di Posko Pandegiling, ramai-ramai mendatangi Kantor DPD PDI Perjuangan Jawa Timur.
Simpul-simpul relawan menyerahkan ribuan fotokopi KTP dari anggota kelompok masing-masing. Tidak sekadar simbolik bentuk dukungan kepada PDI Perjuangan yang telah menugaskan Ganjar sebagai calon presiden. Lebih dari itu, mereka meminta dibuatkan kartu tanda anggota (KTA) PDI Perjuangan. (hs)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS