MALANG – Mendong merupakan tanaman gulma yang tumbuh di rawa-rawa dan perairan dangkal. Tanaman ini seringkali dinilai sebagai pemicu pendangkalan saluran air irigasi karena pertumbuhannya yang begitu cepat.
Namun tanaman Mendong ini ternyata memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi kalau mendapat sentuhan tangan-tangan kreatif. Batang Mendong bisa dimanfaatkan untuk bahan baku kerajinan tas, tempat parcel, vas bunga dan berbagai kerajinan lainnya.
Tanaman ini banyak ditemui di sejumlah wilayah di Kabupaten Malang yang memiliki badan perairan, seperti Gondanglegi, Wajak, Sumberpucung dan Kalipare. Namun kerajinan Mendong ini ternyata justru banyak digeluti oleh-oleh ibu-ibu rumah tangga di Dusun Tenggeran Desa Nongkosewu Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang.
Ada sekitar 60 ibu rumah tangga yang menggeluti kerajinan dari tanaman Mendong untuk membantu meningkatkan pendapatan keluarganya.
Istiqomah, koordinator pengrajin Mendong di desa tersebut mengaku, pihaknya selama ini tidak kesulitan untuk memperoleh bahan baku Mendong. Pasokan batang Mendong yang sudah kering dipasok dari Pasar Wajak.
“Bahan baku memang kita peroleh dari luar daerah, khususnya dari Wajak. Karena di wilayah Poncokusumo memang tak banyak tanaman Mendong,” ungkap Istiqomah.
Dijelaskan, tanaman Mendong yang sudah kering tersebut dibuat anyaman tali untuk bahan pembuatan kerajinan. Dengan menggunakan peralatan sederhana berupa dinamo, batang-batang Mendong tersebut dipilin untuk menjadi tali panjang. Setelah itu, 3 tali Mendong tersebut dipilin dan disatukan menjadi tali besar dan seterusnya hingga menjadi anyaman tali yang sangat kuat dan padat.
“Pembuatan tali mendong ini menjadi pekerjaan sampingan ibu-ibu sehabis masak atau membantu di sawah. Lumayan bisa membantu membeli lauk pauk untuk keluarga,” ungkap Istiqomah.
Dalam seminggu umumnya mereka mampu memnbuat tali Mendong sebanyak 40 – 50 kg dengan upah Rp 3.500 per-kg. “Namanya juga pekerjaan sampingan,” tukasnya.
Sayangnya, kerajinan Mendong di desa tersebut hanya sampai tingkat pembuatan tali Mendong saja. Tali Mendong tersebut selanjutnya dikirim ke Surabaya untuk dijadikan bahan pembuatan tas, keranjang buah, vas bunga, keranjang parcel dan souvenir.
Istiqomah mengaku permintaan tali Mendong sangat tinggi, sehingga seringkali kewalahan untuk memenuhinya. “Saat ini kita memang baru bisa memproduksi tali Mendong saja, produk setengah jadi ini yang kita jual. Kita belum kepikiran untuk membuat barang kerajinan,” tuturnya.
Walaupun begitu, ibu-ibu di desanya mengaku ingin belajar lebih banyak lagi untuk meningkatlkan nilai ekonomis tanaman Mendong. Antara lain dengan membuat keranjang buah dan tas, namun khawatir dengan pemasarannya karena takut barang kerajinannya tidak diterima pasar.
Usaha pengolahan tanaman Mendong untuk kerajinan ini mendapat perhatian Istri Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko. Saat kampanye blusukan di Poncokusumo, calon bupati Malang itu menyempatkan diri melihat dari dekat aktivitas mereka.
“Ini sangat kreatif. Tanaman yang dianggap sebagai gulma, ternyata memiliki nilai ekonomis,” ungkapnya.
Oleh karena itu, calon bupati yang diusung PDI Perjuangan dalam Pilkada Kabupaten Malang tersebut berjanji akan memberikan pelatihan kepada kaum wanita di Desa Nongkosewu untuk pembuatan kerajinan dari Mendong. “Eman kalau hanya dijual setengah jadi. Kalau bisa dibikin tas, keranjang atau hiasan lainnya, tentu harganya akan lebih tinggi,” tuturnya. (sa)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS