JAKARTA – Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri mengapresiasi masuknya arsip Konferensi Asia Afrika ke Memory of the World milik UNESCO.
KAA yang berlangsung di Bandung pada 18-24 April 1955 silam, menurut Mega, merupakan salah satu tonggak sejarah peran Indonesia dalam mewujudkan negara berkeadilan bagi negara-negara Asia dan Afrika.
“Bagi saya, peristiwa ini adalah sebuah konsolidasi semangat antarbangsa untuk benar-benar mendobrak alam penjajahan yang masih ada. Sehingga ternyata, konferensi itu melahirkan suatu kesadaran total untuk dapat merebut kemerdekaan,” ujar Mega saat menghadiri Sosialisasi Arsip KAA dan Penominasian Arsip Gerakan Non Blok di Gedung Arsip Nasional, Kamis (25/8/2016).
Sebelum KAA digelar, Mega menuturkan, baru 30 negara yang secara resmi telah dinyatakan merdeka di dunia saat itu.
Namun, KAA yang diikuti sekitar 200 delegasi dari berbagai belahan dunia itu, rupanya memberikan dampak besar terhadap segala bentuk perlawanan pada kolonialisme.
“Semangat KAA tersebut telah memerdekakan sekitar 120 negara di Asia Afrika dan Amerika Latin hingga dekade 1970-an,” kata dia.
Meski begitu, Mega menyesalkan, hingga kini masih ada negara di Asia yang belum sepenuhnya merdeka. Palestina misalnya. Walaupun, pemerintah setempat mengklaim jika negaranya telah merdeka.
“Tapi untuk punya tanah saja perjuangannya sangat panjang,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Mustari Irawan mengatakan, keberhasilan Indonesia memasukkan arsip KAA ke dalam Memory of The World merupakan bagian dari soft diplomasi yang dilakukan ANRI.
Ia berharap agar keberhasilan ini juga dapat menular kepada arsip Gerakan Non-Blok yang kini tengah masuk ke dalam nominasi Memory of The World UNESCO. (kompas)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS