BANYUWANGI – Di tengah hutan di kaki Gunung Raung ternyata tak semata berisi pepohonan lebat. Akan tetapi juga ada perkampungan-perkampungan kecil para pegawai perkebunan yang telah tinggal berpuluh tahun lamanya.
Salah satu perkampungan itu bernama Kampung Tlocor. Secara administratif kampung tersebut masuk Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu, Banyuwangi. Untuk mencapai tempat yang terpencil itu perlu melalui jalan makadam yang cukup terjal sejauh lima kilometer.
“Di sini tidak kurang ada 18 kepala keluarga yang tinggal,” ujar Kepala Desa Jambewangi, Masykur, saat mendampingi Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, mengunjungi kampung tersebut pada Senin (26/2/2024).
Di perkampungan tersebut, Bupati Ipuk menyalurkan bantuan sembako dari program Banyuwangi Berbagi. Program tersebut merupakan aksi kolaboratif antara Kopri Banyuwangi, Baznas Banyuwangi, PUDAM Banyuwangi dan Bank Jatim dalam menekan angka kemiskinan ekstrem.
“Kami ingin memastikan semua warga Banyuwangi yang masih pra-sejahtera tersentuh oleh program-program pemerintah. Bahkan, warga yang berada di sudut terpencil sekalipun,” ujar Bupati Ipuk.
Tak hanya menyalurkan sembako, Bupati Ipuk juga memastikan masyarakat setempat mendapatkan pelayanan dasar. Seperti halnya akses listrik, pendidikan dan kesehatan. “Di sini sudah ada kelas jauh dari SDN 7 Jambewangi. Ada guru khusus dari program pemkab, Banywuangi Mengajar. Sehingga anak-anak tak perlu turun ke bawah untuk sekolah,” terangnya.
Begitu pula dengan akses kesehatan. Rutin setiap bulan para petugas kesehatan dari Puskesmas Sempu melakukan cek kesehatan rutin. “Untuk ibu hamil yang telah mendekati waktu kelahiran, sudah ada rumah singgah di bawah. Sehingga bisa segera mendapatkan penanganan medis saat diperlukan,” tutur politisi PDI Perjuangan itu.
Dalam kesempatan tersebut, Bupati Ipuk juga meminta maaf masih belum bisa memenuhi infrastruktur jalan. Selain karena keterbatasan anggaran, juga karena peraturan kawasan yang masuk wilayah hutan itu. “Tapi, untuk akses listrik sudah terpenuhi. Bekerjasama dengan PLN, kini sudah ada listrik melalui tenaga hidro,” terangnya.
Kehadiran Bupati Ipuk di tempat yang dikelilingi hutan pinus itu, mendapat sambutan hangat dari warga setempat. “Baru kali ini ada bupati ke sini,” ujar Ginanti (41).
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Sugiatin. Ia tampak antusias saat menyambuat kedatangan Bupati Ipuk. Sambil memeluk, ibu paruh baya itu mendoakan Bupati Ipuk. “Semoga ibu sehat terus. Bisa memimpin kami dengan baik,” ujarnya dengan logat Madura yang kental.
Bupati Ipuk juga menegaskan, dengan penanganan yang komprehensif dan melibatkan semua stakeholder, dapat menangani kemiskinan di Banyuwangi secara efektif. “Target kami, Banyuwangi bisa zero persen kemiskinan ekstrem,” pungkasnya.
Perlu diketahui, angka kemiskinan Banyuwangi turun signifikan selama 3 tahun. Terhitung tahun 2021 kemiskinan Banyuwangi di angka 8,07 persen, tahun 2023 turun jadi 7,34. Angka tersebut tercatat sebagai angka kemiskinan terendah dalam sejarah Banyuwangi. (set)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS