SIDOARJO – Awalnya ada keraguan. Dari kebiasan bergerak bersama memasarkan Partai dan calon kepala daerah pada pemilu, kini mesti solid bergerak memasarkan beras.
Pertemuan demi pertemuan sesama pengurus ranting semakin hambar dirasakan. Pembahasan strategi dan taktik mendulang suara tak menemukan muaranya. Maklum, pemilu masih jauh.
Apalagi kasak-kusuk membahas konsolidasi internal musancab. Kiranya tak perlu pembahasan, tinggal menjalankan. Sebab sudah ada aturan yang rinci. Juga tinggal menunggu komando organisasi untuk bergerak saat tiba waktunya.
Sementara untuk membahas kegiatan secara mandiri tingkat pengurus ranting (PR), rencana menjadi ambyar saat dihadapkan pada persoalan pendanaan.
“Jadi itu-itu saja pembahasannya, buntu. Sampai kemudian suatu malam pada bulan lalu kami kembali kumpul-kumpul. Awalnya muter-muter juga pembahasannya. Hingga kemudian muncul ide jualan beras. Apalagi menjelang Ramadhan, siapa tahu laku, ha ha ha (tertawa),” kata Ketua PR Masangan Kulon Kecamatan Sukodono, Kani Maskhul, kepada website DPD PDI Perjuangan Jatim, Jumat (30/4/2021).
Ide dituntaskan malam itu. Mulai dari pembahasan ukuran kantong plastik, nama dan bentuk merek, dimana kulakannya, hingga siapa yang memasarkan. Ide pun sempat goyah manakala membahas modal untuk pembelian awal.
“Saat nama beras diusulkan pakai nama Marhaen, semua setuju. Giliran bahas patungan untuk modal awal, hampir separuh dari kami terdiam. Mungkin berpikir, lagi tak ada uang, atau khawatir modal tak kembali, entahlah he he he..,” kenang Kani Maskhul.
Pasca itu, rencana mulai diwujudkan. Dari 11 pengurus ranting, 6 bersepakat nekad pada rencana. Mereka pun patungan dan terkumpul Rp 2 juta. Uang dibelikan beras sebanyak 1 ton dari seorang kenalan berdomisili di luar kota.
Beras pun datang. Keraguan datang menyergap. Kali ini soal pemasaran. “Kami ini kan terbiasa memasarkan Partai atau calon kepala daerah saat pemilu. Sekarang harus memasarkan beras. Ya, agak gimana gitu, kami merasa kurang luwes,” terang Kani.

Kani dan kawan-kawan memutar otak. Sebagian menitipkan beras jualan ke kerabat yang berdagang. Sebagian lainnya melibatkan isteri dan keluarga menjadi ujung tombak pemasaran door to door. “Ndilalah (tiba-tiba) hanya dalam waktu 3 hari, 1 ton sudah ludes terjual,” kata Kani.
Semangat pun berkobar. Pengurus yang tadinya ragu, kembali diajak. Bagaimana pun, pengurus mesti solid bergerak tak cuma urusan memenangkan pemilu. Tenaga pemasaran berlipat menjadi 11 orang sesuai jumlah pengurus ranting. Itu pun belum dihitung dengan pemasaran lapis kedua seperti isteri dan keluarga.
“Kulakan terus kami tingkatkan. Dari satu ton, menjadi 1,5 ton, sampai 3 ton. Keuntungan belum kami bagi. Kami sepakat ‘puasa’ dulu. Tetapi untuk kas Ranting, kami sudah sisihkan Rp 2 juta. Beberapa kali rapat, untuk konsumi kami ambil dari situ. Paling seratus sampai dua ratus ribu, cuma untuk beli kopi dan camilan,” terang Kani.
Mimpi PR Masangan Kulon untuk bisa berkegiatan secara mandiri perlawahan mulai terwujud. Kegiatan lokal bisa dilaksanakan tanpa menunggu kucuran dari atas. “Dalam waktu dekat ini kami ada agenda untuk mengadakan bazar murah. Untuk tempat dan waktu, kami akan segera finalkan dengan kawan-kawan,” pungkas Kani.
Sekretaris DPC Samsul Hadi mengapresiasi kemandirian berorganisasi PR Masangan Kulon. “Skalanya memang masih kecil. Tapi besarnya semangat kemandirian teman-teman itu sangat kami hargai dan apresiasi,” katanya. (hs)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS