Lebih Dekat dengan Cawagub Puti Guntur Soekarno (Bagian-2)
SEPERTI kakeknya, Bung Karno, Puti Guntur sangat menghormati para ulama, kiai dan bu nyai. Ia juga menaruh hormat pada pemimpin agama lain. Setiap kali ke daerah, Puti kerap kali menyempatkan diri sowan kiai dan bu nyai.
Saat melakukan safari pertama kali di Jawa Timur, 20 Januari 2018, Puti mulai dari Bangkalan, Madura. Ia ditemani Calon Gubernur Saifullah Yusuf (Gus Ipul), pasangannya. Tempat pertama yang dituju adalah Pondok Pesantren Syaichona Cholil, yang berusia sangat tua, didirikan 1861.
Puti juga berziarah ke Makam Syaichona Mohammad Cholil, ulama yang dikenal sebagai guru para ulama utama tersebut. “Alhamdulillah, saya bisa berziarah di Makam Syaichona Cholil. Saya berdoa dan merenungkan keteladanan beliau. Ayah saya, Pak Guntur, berpesan agar saya berziarah ke sini,“ kata Puti.
Puti mengatakan Syaichona Cholil adalah ulama yang rela berkorban untuk umat dan bangsa. “Dari didikan beliau, lahir banyak ulama dan pejuang Indonesia,” kata dia. Berkat Syaichona Cholil, muncul ulama utama seperti KH Hasyim Asyari dan KH Abdul Wahab Chasbullah, yang di kemudian hari mendirikan NU.
Ia diterima pengasuh Pondok Pesantren KH Fahrillah Aschal. Setelah itu, bersama Gus Ipul, Puti juga sowan dan memohon doa restu pada cucu Syaichona Cholil, yakni KH Zubair Muntashor di Pondok Pesantren Nurul Cholil. “Kakekmu, Bung Karno, pernah ke sini untuk mencari obat bagi orangtuanya yang sakit,” kisah Kiai Zubair.
Esok harinya, Minggu 21 Januari 2018, Puti bergerak ke Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang. Ia silaturahmi dengan KH Sholahudin Wahid. Gus Sholah dan Guntur Soekarno, ayahnya, bersahabat baik.
“Saya menyampaikan pesan dan salam dari ayah saya pada Gus Sholah. Salam solidaritas ITB. Beliau berdua sama-sama kuliah di ITB,” kata Puti.

Selesai sowan Gus Solah, Puti kemudian melakukan ziarah ke Makam KH Hasyim Asyari, KH Wahid Hasyim dan Makam KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), yang letaknya di kompleks Ponpes Tebu Ireng.
Ia berdoa khusyuk di makam tokoh-tokoh besar NU tersebut. “Saya terkenang persahabatan Bung Karno dengan ulama. Saat beliau mau memproklamasikan kemerdekaan, Bung Karno meminta nasihat dari para ulama,” kata Puti.
Dukungan Kiai Sepuh
Di Kediri, bersama Gus Ipul, Puti Guntur berkunjung ke Pondok Pesantren Lirboyo. Ia menghadiri pertemuan dengan kiai-kiai sepuh. Keduanya mendapatkan doa dan restu dari para kiai sepuh. Doa khusus dipimpin KH Anwar Manshur dari Lirboyo.
“Kami bersama para kiai telah sepakat untuk memberikan amanah kepada Gus Ipul-Mbak Puti maju di Pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur Jawa Timur. Kesepakatan ini bulat. Tidak ada yang lonjong,” ujar KH Anwar Iskandar, Pengasuh Pondok Pesantren Al Amin, Kediri, sebagai juru bicara forum.
Di Pondok Pesantren Al Falah Ploso, Gus Ipul dan Puti Guntur Soekarno disambut meriah oleh ribuan santri. Para santriwati bahkan menyambut dengan memakai jilbab merah, warna khas kerudung Puti.
Sambutan meriah juga diberikan para santri dan santriwati Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong, Probolingggo, yang dipimpin ulama sepuh, KH. Moh. Hasan Mutawakkil ‘Alallah.
“Ponpes Zainul Hasan Genggong tidak pernah berpolitik. Tapi dalam Pilkada Jawa Timur 2018, kami wajibkan untuk memilih Gus Ipul-Mbak Puti,” kata KH Hasan Syaiful Islam, salah seorang pengasuh pondok.

Di Lamongan, Puti Guntur dikukuhkan sebagai bagian dari keluarga besar Pondok Pesantren Sunan Drajat, Paciran. “Gus Ipul cicit salah seorang pendiri NU (KH Bisri Syansuri). Dan, Mbak Puti adalah cucu pendiri republik ini. Ini pasangan yang cocok,” kata KH Abdul Ghofur, pengasuh Ponpes Sunan Drajat.
Puti Guntur Soekarno tidak hanya santun dan hormat dengan ulama. Ia juga pandai membawa diri. Saat tampil pertama kali di Jawa Timur, 10 Januari 2018 malam, sebelum mendaftar ke KPU Jawa Timur, pidato Puti Guntur telah membuat air mata kiai-kiai sepuh meleleh.
Ia menyebut, “perjodohannya” dengan Gus Ipul sebagai pengulangan sejarah masa lalu, dimana Bung Karni bersama KH Hasyim Asyari dan KH Wachid Hasyim saling bahu-membahu dalam merajut kemerdekaan Indonesia.
“Majunya Gus Ipul dan saya tidak hanya untuk kemakmuran dan pengabdian. Tetapi dari Jawa Timur ini, kita tunjukan kebersamaan sebagai Bangsa Indonesia, yang nasionalis dan relijius, bisa membangun lebih maju,” kata kader PDI Perjuangan itu.
Saat menyampaikan itu, sejumlah kiai yang sejak awal terharu, menjadi tak kuasa menahan air matanya jatuh. Seperti KH Zainuddin Jazuli, Pengasuh Pondok Pesantren Ploso Kediri. Air mata juga menetes dari KH Anwar Iskandar, Pengasuh Pondok Pesantren Al Amin Kediri.
“Gaya pidato Bung Karno yang tidak ada lawannya, seperti dititiskan pada diri Mbak Puti,” kata KH Zainuddin Djazuli.
Wakil Bupati Trenggalek Mohammad Nur Arifin juga mengatakan sama. “Pada diri Mbak Puti mewarisi darah Bung Karno. Kami berharap untuk membumikan ajaran Bung Karno,” kata Nur Arifin. (jp)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS