NGAWI – Salah satu rangkaian kegiatan Bulan Bung Karno, DPC PDI Perjuangan Ngawi menggelar doa bersama untuk memperingati hari kelahiran Bung Karno. Dalam kegiatan tersebut, Ketua Bamusi Ngawi, KH Mudrik Al Farezi berkesempatan memberikan tausiah sekaligus memimpin doa bersama.
KH Mudrik Al Farezi yang juga tokoh NU Ngawi ini dalam ceramahnya menyampaikan tentang sosok Putra Sang Fajar. Disebutkannya Bung Karno dan para pendiri bangsa membangun negara Indonesia atas dasar Nasionalisme yang tidak melepaskan agama.
“Pemikiran Bung Karno sudah banyak bertebaran, pemikiran beliau bagaimana Bung Karno membangun bangsa Indonesia dibangun dengan nasionalisme, tetapi tidak melepaskan agama,” ujar KH Mudrik dalam tausyahnya, Sabtu (5/6/21).
Masih dalam tausiahnya, KH Mudrik menyebut untuk urusan negara yang dirasa penting, Bung Karno selalu melibatkan ulama. Dicontohkannya saat perumusan dasar negara, Bung Karno meminta pertimbangan kepada para ulama, salah satunya KH Hasyim Asy’ari.
“Ketika disodorkan Pancasila, oleh Mbah Hasyim Asy’ari ini ditirakati, puasa tiga hari. Pada puasa terakhir, Mbah Hasyim Asy’ari salat istikharah mohon petunjuk kepada Allah SWT. Kemudian Mbah Hasyim menyatakan ridho, Pancasila menjadi dasar negara,” ungkap KH Mudrik.
Dalam kesempatan itu, KH Mudrik mengajak kepada seluruh masyarakat agar mewaspadai dengan upaya-upaya pihak tertentu yang membenturkan agama dengan Pancasila. Menurut KH Mudrik, Pancasila dengan agama sudah seiring dan senafas.
“Pancasila dan Agama tidak untuk dibenturkan, karena keduanya sudah seiring dan senafas. Merdeka! Merdeka! Merdeka!,” pekik merdeka KH Mudrik yang kemudian disambut hadirin.
KH Mudrik kembali menegaskan, bahwa nasionalisme yang dibawa Bung Karno bukanlah nasionalisme yang sekuler. Melainkan nasionalisme yang tetap berlandaskan agama.
Dalam ceramahnya KH Mudrik juga mengisahkan Bung Karno yang berjasa dalam usaha pencarian makam Imam Bukhori di Uzbekistan. Selain itu, juga dikisahkan tentang ketika Bung Karno yang takdim atau hormatnya kepada Nabi Muhammad.
“Ketika di Madinah dengan di dampingi raja Saudi, Bung Karno meminta ditunjukkan makam Nabi Muhammad. Seketika Bung Karno melepaskan segala atribut kenegaraan yang dipakai, Bung Karno berjalan merangkak menuju makam Nabi Muhammad, takdim penghormatan yang luar biasa,” kisah KH Mudrik.
“Raja Saudi heran, kenapa engkau berbuat demikian wahai Pak Presiden? Apa kata beliau? Kita ini hanya pemimpin bangsa, tapi di depan kita ini adalah pemimpin umat yang derajatnya jauh diatas kita. Artinya apa? Dibalik nama besar Bung Karno tetap takdim kepada Nabi Muhammad,” sambung KH Mudrik.
KH Mudrik juga mengajak kepada seluruh kader maupun anggota PDI Perjuangan untuk beriringan dalam menjaga nasionalisme dan agama secara berimbang. (mmf/hs)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS