SURABAYA – Calon Wali Kota Surabaya, Jawa Timur, Tri Rismaharini mengaku pernah disebut Ketua Umum DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri seperti preman. Calon wali kota incumbent inipun menanggapi sebutan yang dilontarkan putri Bung Karno (Soekarno) itu dengan senyuman.
Hal ini diungkap Risma saat berpidato di hadapan ratusan relawan PDI Perjuangan dari Kecamatan Tegalsari dan Gubeng, di acara pembekalan saksi pilkada, di Gedung Wanita, Jalan Kalibokor, Surabaya, Selasa (20/10/2015) malam.
“Dulu waktu saya ketemu Bu Mega, Bu Mega bilang: mbak, mbak, sampeyan (Anda) itu perempuan kok kayak preman? Saya pun ketawa, dan menjawab: Ya biar to bu, asalkan demi semua warga Surabaya,” kata Risma di tengah pidatonya.
Gaya preman ala Risma seperti yang dikatakan Megawati, karena Presiden ke-5 RI tersebut menilai Risma tegas dan berani mengambil keputusan, dalam menyikapi persoalan-persoalan di Kota Surabaya selama lima tahun memimpin.
“Saya ingin sampaikan, kita sudah sepakat seperti lagu mars PDI Perjuangan yang selalu kita nyanyikan. Kita sepakat memberantas kemiskinan. Yang perlu kita lakukan adalah komitmen kita bersama untuk membangun Surabaya lebih baik lagi ke depan,” ajak Risma.
Sementara Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya, Whisnu Sakti Buana saat berpidato terus memompa semangat para kadernya yang disiapkan menjadi saksi di Pilkada Surabaya, 9 Desember mendatang.
“Meski Pilkada kurang 50 hari, tapi saya merasa Pilkada sudah lewat. Suasana kemenangan ini sudah saya rasakan. Saya haqul yakin, kita akan menang. Kita akan membuktikan Risma-Whisnu akan menang,” ucap Whisnu, yang juga calon wakil wali kota mendampingi Risma.
Dan untuk membuktikan keyakinannya itu, politisi yang didapuk anak muda Surabaya sebagai ‘Bapak e Arek Suroboyo’ ini kembali mengingatkan para relawannya untuk tidak lengah.
“Saudara-saudara adalah saksi yang menjadi ujung tombak kemenangan kita. Saksi di TPS adalah ujung tombaknya. Kemenangan itu, ujungnya di pundak panjenengan (Anda) semua,” kata pria yang akrab disapa Mas Inu ini.
Dia juga mengingatkan para kader PDIP untuk ‘mengantongi’ dulu masalah internal partai. “Beberapa kali saat Pilkada, kita sering kehilangan saksi. Alasannya macem-macem. Ada yang terkait masalah teknis, struktur dan macem-macem.”
Dia melanjutkan, “Dan saat menghadapi Pemilu, genderang perang ditabuh, tinggalkan dulu masalah internal. Masalah rumah tangga kita tinggalkan dulu, dan akan kita selesaikan setelah Pilkada.
Kita harus memiliki semangat maju di medan tempur dan lupakan masalah. Kemenangan akan kita raih, kemenangan ini adalah milik kita bersama. Surabaya harus menjadi barometer politik nasional,” tegas Whisnu. (goek/*)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS