Memimpin 2.000 janda korban perang untuk melawan penjajah, sang laksamana duel satu lawan satu dengan pimpinan musuh. Tak hanya jago berperang, juga piawai berdiplomasi.
KAPAL berkelir merah sandar di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Di sisi kiri dan kanan kapal tertulis Rumah Sakit Apung.
Lalu ada juga tulisan Laksamana Malahayati, sebagai nama kapal itu. Kapal PDI Perjuangan itu rupanya dirancang sebagai rumah sakit terapung. Misinya, untuk melayani kesehatan masyarakat di daerah terpencil dan sulit terjangkau.
“Dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim, saya resmikan peluncuran Kapal Rumah Sakit Terapung Laksamana Malahayati,” kata Megawati sembari memecahkan kendi peresmian di pelabuhan Tanjung Priok, Sabtu (10/6/2023).
Baca juga: Pecahkan Kendi, Megawati Resmikan Operasional Kapal RS Laksamana Malahayati
Lalu, siapa sebenarnya Laksamana Malahayati yang dijadikan nama kapal rumah sakit terapung itu?
Laksamana Malahayati, demikian ia dikenal, bernama Keumalahayati. Ia dilahirkan di Aceh Besar pada tahun 1550 dan wafat pada 1615. Pada masa kanak-kanak dan remaja ia mendapat pendidikan istana.
Melansir situs perpusnas.go.id, Malahayati masih berkerabat dengan Sultan Aceh. Ayah dan kakeknya berbakti di Kesultanan Aceh sebagai Panglima Angkatan Laut.
Ayahnya bernama Laksamana Mahmud Syah. Sedang kakeknya dari garis ayahnya adalah Laksamana Muhammad Said Syah, putra dari Sultan Salahuddin Syah.
Dengan silsilah keluarga seperti itu, semangat kelautan Malahayati muncul. Ia kemudian mengikuti jejak ayah dan kakeknya dengan menempuh pendidikan militer jurusan angkatan laut di akademi Baitul Maqdis.
Pemikiran Keumalahayati berbeda dengan perempuan di zamannya. Ia berani menjadi panglima dan diplomat dalam mempertahankan wilayah Aceh dari gangguan penjajah. Keberanian inilah yang membuat namanya diabadikan sebagai Pahlawan Nasional.
Dalam kisah perjuangan, Malahayati memimpin 2.000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang gugur) untuk berperang melawan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda tanggal 11 September 1599.
Catatan sejarah menyebutkan, ia membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal. Dia mendapat gelar Laksamana untuk keberaniannya ini. Sehingga kemudian, lebih dikenal dengan nama Laksamana Malahayati.
Laksamana Malahayati tidak hanya cakap di medan perang. Ia juga melakukan perundingan damai mewakili Sultan Aceh dengan pihak Belanda. Perundingan itu adalah upaya Belanda untuk melepaskan Frederick de Houtman yang ditangkap oleh Laksamana Malahayati.
Perdamaian itu terwujud. Frederick de Houtman dilepaskan namun Belanda harus membayar ganti rugi kepada Kesultanan Aceh. Laksamana Malahayati juga menjadi orang yang menerima James Lancaster, duta utusan Ratu Elizabeth I dari Inggris.(hs)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS