JAKARTA – Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan RA Kartini merupakan tokoh emansipasi perempuan yang dimiliki Indonesia. RA Kartini sebagai sosok perempuan pelopor, demikian pula Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri.
“Perempuan pelopor yang tidak pernah menyerah dari berbagai tantangan sehebat apa pun, terus bergerak dengan keyakinan dan bergeloralah dari perempuan itu suatu nilai-nilai kemanusiaan, cinta kasih tanpa batas,” kata Hasto dalam acara peringatan Hari Kartini secara hybrid dari Sekolah Partai Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis (21/4/2022).
Di acara bertema Peran Partai dalam Pencegahan dan Pendampingan Kekerasan Perempuan dan Anak tersebut, Hasto mengingatkan bahwa PDI Perjuangan tidak pernah membedakan setiap warga negara berdasarkan suku, agama, status sosial, jenis kelamin. Hasto menjamin perempuan mendapat tempat yang terbaik di PDI Perjuangan
Di PDI Perjuangan, lanjut Hasto, Ketua Umum Megawati Soekarnoputri memang menaruh perhatian besar untuk memperjuangkan hak perempuan dan anak. PDI Perjuangan melalui kadernya di parlemen, di antara Ketua DPR Puan Maharani dan anggota Komisi V DPR RI sekaligus Ketua DPP Bidang Kesehatan, Perempuan, dan Anak PDI Perjuangan Sri Rahayu.
“Sri Rahayu paling bersemangat kalau bicara tentang bagaimana berjuang soal RUU TPKS, karena ini senapas dengan Ibu Mega yang ketika beliau menjadi presiden membuat hal yang fundamental termasuk UU KDRT. Tetapi lebih penting dari itu adalah spiritnya tadi agar perempuan harus mengekspresikan seluruh kepemimpinannya dalam seluruh aspek kehidupan,” kata dia.
Hasto juga mengingatkan Bung Karno dalam pendapatnya menyampaikan bahwa laki-laki dan perempuan bagaikan kepakan sayap burung Garuda yang membuat Indonesia terbang ke angkasa membawa kejayaannya.
Bung Karno, lanjut Hasto, sengaja menetapkan Kartini sebagai pahlawan kemerdekaan bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional pada 2 Mei 1964.
“Karena peran perempuan begitu strategis dalam pendidikan, dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, dalam membangun imajinasi tentang masa depan anaknya yang ditimang sejak kecil agar dia jadi anak yang hebat, mampu berbakti kepada bangsa dan negara, berbudi pekerti luhur. Tidak ada seorang ibu yang mendoakan tidak baik kepada anaknya sehingga tidak berlebihan kalau dikatakan surga di bawah telapak kaki ibu,” ucapnya.
Hasto menjelaskan Bung Karno dalam buku Sarinah meminta para perempuan membangun semangat juang, tidak pernah menyerah. Sebab, Bung Karno memandang perempuan sebagai pembentuk kultur.
“Bung Karno belajar dari sejarah peradaban bagaimana sejak zaman presejarah, ketika suami punya tugas berburu, perempuan kemudian mengembangkan ilmu pengetahuan dengan bercocok tanam. Soekarno menghormati kaum perempuan karena dia ibu ilmu pengetahuan. Ini yang harus kita pahami,” jelas Hasto.
Di menambahkan, kalau ada kultur yang menempatkan perempuan hanya di belakang, hanya konco wingking dan dijadikan objek maka ini tantangan bersama termasuk bagi PDI Perjuangan untuk menggelorakan emansipasi.
“Kartini jadi tokoh emansipasi perempuan karena yang diperjuangkan pembebasan dari berbagai bentuk perbudakan, pemingitan dan penyingkiran dari dunia yang seharusnya perempuan diperlakukan sama. Bung Karno menetapkan sebagai pahlawan dan tokoh pembebas karena Kartini punya daya pendobrak dan daya imajinasi,” bebernya.
Kartini sosok yang tidak mau terkungkung oleh pingitan dan budaya yang menindasnya dan dia bergerak dengan kekuatan alam pikir dan daya imajinasinya.
“Melalui tulisannya, suatu imajinasi yang besar yang terbukti mampu menembus benteng-benteng kultural yang menempatkan perempuan hanya ada di kamar. Melalui imajinasi Kartini disampaikannya dia menyampaikan harapan agar di masa depan perempuan tidak bernasib seperti dirinya,” urai Hasto.
Dia menambahkan, mengutip harapan Megawati, kalau masih ada di alam kemerdekaan ini, perempuan dibatasi yang bertentangan dengan kemanusiaan, maka dalam perspektif ideologi, historis, dan perspektif kepartaian, maka tugas bersama untuk membela siapapun yang tertindas khususnya perempuan dan anak. Dengan peringatan Hari Kartini ini, Hasto mengajak untuk membangun imajinasi kaum perempuan Indonesia secara kolektif.
“Mari kita bangun suatu energi perjuangan yang mampu mendobrak berbagai hambatan dan kita merindukan perempuan pelopor yang bisa berjuang dengan nilai-nilai kemanusian dan cinta kasih. Dari seorang Kartini kita bisa belajar bahwa ketika perjuangan itu dilakukan dengan penuh kesungguhan dan daya imajinasi dengan kekuatan alam pikir dan semangat pantang menyerah maka perempuan mampu menghadirkan jati dirinya dalam membangun peradaban. Mari gelorakan semangat kepemimpinan perempuan pelopor, perempuan pejuang yang melekat jati diri kebudayaan,” pungkasnya. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS