JAKARTA – Menteri Sosial Tri Rismaharini mengungkapkan, penggunaan teknologi terbukti memperkuat skala usaha kecil dan menengah sehingga meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat kurang mampu.
Menurutnya, inovasi teknologi telah memudahkan manusia memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun di samping dampak positif, kata dia, kemajuan teknologi juga membawa tantangan.
“Teknologi menjadi kebutuhan di era digital. Misalnya, bisa membantu pengelolaan usaha agar lebih sejahtera. Teknologi itu bagus, memang ada kekhawatiran bisa mengurangi jumlah pekerja,” kata Risma dalam keterangan tertulis, Rabu (23/6/2021).
Risma juga memahami dampak negatif disrupsi teknologi. Salah satunya adalah konsekuensi pengurangan karyawan dari 10 menjadi 4 orang karena tugasnya telah digantikan teknologi.
Meski demikian, menteri yang juga Ketua DPP PDI Perjuangan ini yakin dampak tersebut bisa diatasi dengan melihat berbagai peluang sekaligus tantangan dengan bantuan teknologi.
“Lalu, sisa 6 pegawai itu bisa ditempatkan di posisi lain yang cocok agar tetap produktif. Meskipun ujung-ujungnya tetap menggunakan teknologi,” terangnya.
Menurutnya, di era digital, tidak ada lini kehidupan terhindar dari penggunaan teknologi. Sebab yang efisien akan bertahan sehingga mampu bersaing dengan negara-negara lain.
“Jadi, penggunaan teknologi bisa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun yang terpenting adalah mencari daya ungkit yang cocok,” kata Risma.
Dia mencontohkan, sebagai bukti penggunaan teknologi bisa mendongkrak produktivitas, sejak 2010, saat dia menjadi Wali Kota Surabaya, telah membuat proyek Pahlawan Ekonomi dan pejuang muda dari kelompok miskin.
“Kedua proyek di Surabaya menjadi bukti bahwa produktif menggunakan teknologi, ternyata bisa meningkatkan kesejahteraan,” bebernya.
Adapun dukungan teknologi kepada usaha mikro dan kecil di Surabaya, terang Mensos, telah membuat mereka sanggup bertahan di masa pandemi.
Risma menyebut, Surabaya dengan 3 juta penduduk merupakan pasar yang potensial, terlebih pada saat masa pandemi Covid-19 bisa bertahan dan naik 200 persen adalah luar biasa.
“Cerita ibu rumah tangga, dari proyek pahlawan ekonomi dan pejuang muda saat pandemi produk mereka yang justru naik 200 persen. Ini jelas bukti,” kata Risma.
Saat penggunaan teknologi untuk memasarkan produk, lanjut Mensos, hal yang diperhatikan adalah pandai dan jeli melihat peluang-peluang sesuai dengan situasi setempat.
Menurutnya, Surabaya tidak cocok untuk usaha tekstil, tapi masih ada celah yang bisa diolah, seperti produk daun kering dan eceng gondok yang kini tembus pasar ekspor.
“Sebenarnya, Tuhan telah memberikan segala sesuatu kepada kita semua, tinggal bagaimana bisa memanfaatkan dengan sebaik-baiknya,” tuturnya.
Bagi Risma, terlebih dulu pelaku UMKM diajarkan cara menggunakan teknologi, cara memasarkan produk, pengelolaan keuangan, serta akhirnya banyak yang sudah meraih sukses.
“Setelah diajari, alhamdulillah dulunya punya utang, kini punya tiga rumah dan mobil, bahkan ada penjual semacam pecel yang punya mobil-mobil mewah,” katanya.
Selain itu, dia juga mencontohkan insinyur peternakan yang disarankan bergabung dengan para programmer karena belum mendapatkan pekerjaan.
“Terakhir ketemu insinyur itu pakai topi koboi, dengan usaha beromzet Rp 2 miliar hasil dari menggabungkan ilmu peternakan dengan teknologi,” pungkasnya. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS