TULUNGAGUNG – Bupati Tulungagung, Maryoto Birowo, mengarantina seluruh ternak sapi dan kambing di Desa Sidomulyo Kecamatan Pagerwojo, setelah hasil laboratorium menyebutkan kematian salah satu sapi di daerah tersebut akibat penyakit antraks.
“Kami karantina dulu atau istilahnya lockdown bagi hewan ternak sapi dan kambing di sana (Desa Sidomulyo). Melakukan penyaringan pada peternak,” ungkap Maryoto, Jumat (4/6/2021).
Selain itu, lanjut kader PDI Perjuangan ini, Pemkab Tulungagung juga membentuk posko di Desa Sidomulyo. “Posko ini didirikan untuk proteksi dan warga setempat dapat cepat bisa melaporkan segala sesuatu terkait ternak mereka,” sambungnya.
Dia menyebut beberapa waktu lalu ada 26 ekor ternak sapi dan sekitar tiga ekor kambing yang mati. Banyaknya hewan ternak yang mati tersebut membuat Pemkab Tulungagung melaporkan pada Pemprov Jatim serta Kementerian Pertanian.
“Kemudian setelah itu mereka (Pemprov Jatim dan Kementerian Pertanian) turun ke Tulungagung dan melakukan sampling uji laboratorium terhadap ternak yang mati belakangan. Hasilnya, ada yang mati terindikasi karena antraks,” beber Maryoto.
Dia mengatakan Pemkab Tulungagung juga melakukan uji laboratorium terhadap 44 sampel ternak yang masih sehat. Dan hasilnya dari 44 sampel semuanya tidak terindikasi berpenyakit antraks.
“Karena itu, kami minta pada warga Desa Sidomulyo yang mempunyai hewan ternak sapi dan kambing agar berhati-hati untuk menjaga hewan piarannya. Mereka bisa sewaktu-waktu berkonsultasi dengan para penyuluh peternakan di posko,” paparnya.
Saat ini, menurutnya, di posko tersebut bersiaga beberapa petugas. Yakni petugas dari Kementerian Pertanian, Balai Besar Veteriner Yogyakarta, Dinas Peternakan Provinsi Jatim serta Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Tulungagung.
Ketika ditanya apakah sudah terjadi penularan pada manusia, Bupati Maryoto Birowo menyatakan belum ada. Dia berharap kejadian tersebut tidak sampai menular pada manusia.
“Di Desa Sidomulyo utamanya di tempat kuburan ternak yang terindikasi antraks sudah dilakukan penyemprotan disinfektan dan pemberian formalin. Ini diharapkan agar bakteri penyebab antraks tidak berkembang dan kuman tidak membentuk kelompok molekul bakteri,” terang Maryoto.
Dia menandaskan tidak akan menutup pasar hewan gegara kematian sapi akibat antraks di Desa Sidomulyo. Apalagi saat ini hewan ternak dari Desa Sidomulyo sudah tidak bisa keluar dari desa setempat.
“Di pasar hewan kan juga selalu ada dokter hewan dan mantri hewan yang selalu memeriksa kesehatan hewan di pasar hewan,” pungkasnya. (atu/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS