
LANGKAT – Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf,Hasto Kristiyanto, mengatakan, wajar jika masyarakat takut ganti presiden.Sebab sosok yang didorong untuk menggantikannya memang bikin takut.
Hal itu disampaikan Hasto menanggapi pernyataan Capres Prabowo Subianto yang mempertanyakan alasan masyarakat takut ganti presiden.
“Ya ganti pasti takut dong. Kalau yang ganti seperti itu, ya takut,” kata Hasto, di Langkat, Sumatera Utara, kemarin.
Dia menyebut, pada dasarnya figur Presiden Jokowi memang kuat tertanam di benak masyarakat. Justru karena kuatnya itu, maka yang digunakan kubu lawan adalah fitnah.
“Pak Jokowi difitnah artinya apa? Artinya berarti kuat. Karena kalau di pemilu itu diserang, itu artinya kuat. Karena apa? Karena programnya (Pak Jokowi) sulit ditandingi, karena karakter (jujurnya) sulit ditiru,” jelas Hasto.
Bukan hanya itu, masih kata dia, sosok Jokowi bukan yang suka memainkan drama. Selalu tampil apa adanya.
Selain itu, Sekjen PDIP ini memandang memang tak mudah mempunyai sikap konsisten seperti Jokowi. “Pak Jokowi itu wataknya turun ke bawah, merangkul. Itu tidak bisa pakai drama-drama. Enggak mudah untuk bisa konsisten seperti Pak Jokowi,” katanya.
Sementara itu, di depan ribuan kader PDIP Kota Medan, Ketua DPP PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat menyatakan bahwa pertempuran pilpres sesungguhnya untuk Sumut sebenarnya ada di Kota Medan.
Di pilpres 2014, Jokowi-JK kalah tipis dengan Prabowo-Hatta, dengan selisih 40 ribu suara. Kini, target dari DPC PDIP Medan adalah menang 55 persen
Sekarang, kata Djarot, kader PDI Perjuangan tak usah takut, karena takkan lagi berjuang sendiri.
Di Pilpres 2019, jelasnya, Jokowi didampingi KH Ma’ruf Amin, dan didukung parpol lainnya yang ada di Koalisi Indonesia Kerja. Bahkan, kader parpol di kubu Prabowo pun ada yang diam-diam mendukung Jokowi-Ma’ruf.
“Ada Demokrat, PAN, dan Gerindra pun sebagian. Diam-diam hatinya ke Pak Jokowi,” kata Djarot.
Dia menambahkan, semua tahu bahwa Medan adalah salah satu sarang produsen isu hoax serta ujaran kebencian.
Misalnya, adanya tuduhan bahwa Jokowi benci ulama Islam. Padahal, KH Ma’ruf Amin, cawapresnya Jokowi, adalah seorang rais aam PBNU dan Ketua Umum MUI.“Kok malah Pak Jokowi dituduh anti alim ulama? Kalau bicara nilai keislaman, adu saja. Kiai Ma’ruf dan Sandiaga, pintar dan bagus mana agamanya? Diadu juga Pak Jokowi dan Prabowo,” ujarnya. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS