JEMBER – Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur, H. Agus Wicaksono, S.Sos melaksanakan workshop di Dira Cafe Kencong, Jember, Selasa (24/10/2023).
Workshop kali ini mengangkat tema Manajemen Konflik Sosial di Tahun Politik dalam Bingkai Persatuan dan Kesatuan Indonesia. Adapun pesertanya merupakan komunitas merpati balap se-Kabupaten Jember.
H. Agus Wicaksono, S.Sos, mengatakan bahwa pesta demokrasi sudah dekat, yakni 14 Februari 2024. Pihaknya mengajak, supaya momentum Pemilu digunakan sebagai proses bagaimana memperbaiki bangsa Indonesia melalui demokrasi.
“Agar penyelenggaraan pemerintahan berjalan dengan baik dan transparan. Meskipun, kita ketahui bersama masih saja kita temui kasus korupsi di pemerintahan ini,” terang Agus Yudha sapaan akrabnya.
Meski demikian, kata Agus Yudha, demokrasi di Indonesia tidak sepenuhnya salah. Pasalnya, demokrasi di Indonesia nampak sangat liberal sekali.
“Siapa yang punya uang, akan dipilih. Sementara, calon yang tidak punya uang, meskipun mempunyai semangat dan kualitas serta siap memperjuangkan hak rakyat, tidak akan dipilih,” jelasnya.
Diketahui, kegiatan tersebut dihadiri oleh tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pemuda se Kecamatan Kencong. Selain itu, hadir pula Agus Sofyan, anggota DPRD Fraksi PDI Perjuangan Basuki, Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan Jember, serta pengurus PAC PDI Perjuangan Kecamatan Kencong beserta jajaran ranting se Kecamatan Kencong.
Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Jawa Timur itu menegaskan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap masyarakat kini sangat minim sekali. Pasalnya, masih banyak calon pemimpin ketika sudah jadi ternyata tidak berani teriak lantang dalam mengupayakan dan menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat.
Tegas Agus Yudha, memilih pemimpin haruslah calon pemimpin yang berani berteriak lantang ketika hak-hak masyarakat belum diberikan oleh pemerintah. Oleh karena itu, sebagai warga negara harus memilih calon pemimpin yang bisa memikul beban berat guna menyelamatkan bangsa Indonesia.
“Masyarakat Indonesia sangat mudah sekali diadu domba. Siapapun calon yang didukung, baik calon legislatif maupun calon presiden. Mari berkampanye secara santun, berpolitik bahagia untuk semua masyarakat,” tegasnya.

Hal tersebut menjadi kewajiban semua masyarakat guna menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Kata Agus Yudha, jangan sampai memilih calon pemimpin yang mengedepankan politik identitas dalam meraup suara di pemilu.
“Setiap insan politik, tidak boleh keluar dari koridor agama, agama itu suci. Orang politik tidak boleh membawa agama dalam meraih suara, tapi bermanfaatlah untuk agama jika sudah terpilih,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Agus Yudha berpesan supaya masyarakat harus cerdas memilih pemimpin. Pasalnya, pemilu bukan hanya sekedar memilih calon pemimpin, namun untuk menjaga keberlangsungan bangsa Indonesia dari perpecahan. (ndy/hs)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS