“Kotak-kotak dipakai sebagai identitas perjuangan untuk Jokowi. Kotak-kotak adalah simbol kita, dan untuk Indonesia lah, kotak-kotak itu kita kenakan. Ketika Indonesia membutuhkan rekonsiliasi, maka simbolisasi kotak-kotak untuk sementara bisa kita maknakan dalam hati, kata Hasto melalui siaran pers, Minggu (20/7/2014) siang.
Meski demikian, Hasto mengatakan, imbauan untuk menanggalkan baju kotak-kotak itu bukannya untuk melupakan catatan penting dalam sejarah perjalanan bangsa. Menurut Hasto, sejarah telah memberikan bukti tentang perjuangan yang disimbolisasikan dengan baju kotak-kotak untuk memilih sosok pemimpin.
Hasto mengatakan, larangan pengerahan massa dan mengenakan baju kotak-kotak pada 22 Juli itu justru untuk mengawal proses rekapitulasi suara pilpres di tingkat nasional agar berjalan aman, damai dan tanpa ketegangan.
Wakil Sekjen PDI Perjuangan itu meyakini, KPU dan Bawaslu sebagai penyelenggara pilpres akan taat pada mekanisme demokrasi, menjunjung tinggi azas jurdil, dan akan melaksanakan rekapitulasi secara terbuka, transparan dan akuntabel. Karenanya, kata dia, Tim Jokowi-JK benar-benar menghindari upaya pengerahan massa ke KPU dan tindakan lainnya yang bersifat provokatif.
Atraksi turun ke jalan memang berpotensi menciptakan ketegangan, maka sebaiknya dihindari. Marilah kita ciptakan suasana kondusif dengan terus berharap, agar bangsa ini bisa melaju cepat bagi kematangan demokrasi, pungkasnya. (Kompas)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS