
JAKARTA – Pemilihan Umum 2019 menjadi salah satu ajang pembuktian ‘peperangan’ di media sosial menjadi syarat yang cukup penting dalam meraih kemenangan.
Ketua Bidang Ekonomi Kreatif PDI Perjuangan Prananda Prabowo ini memprioritaskan media sosial sebagai alat kampanye utama partainya, mengingat besarnya peran media sosial dan juga masifnya pengguna internet di Indonesia.
Sosok Prananda sendiri selama ini lebih banyak tidak terlihat. Meski memiliki kedudukan struktural di PDI Perjuangan, pria yang kerap disapa Nanan ini memang lebih banyak bekerja di balik layar.
Namanya memang lebih jarang diberitakan ketimbang cucu-cucu Soekarno yang lain seperti Puan Maharani atau Puti Guntur Soekarno.
Nama Prananda Prabowo memang tergolong tidak familiar bagi masyarakat awam. Meski mewarisi darah proklamator sebagai cucu Soekarno, namanya tergolong tidak banyak dibicarakan.
Kendati demikian, di internal partai banteng, Prananda merupakan salah satu sosok yang dihormati.
Bagi beberapa orang, Prananda dianggap sebagai cucu yang paling menjiwai warisan ideologi Soekarno.
Secara fisik, ia dianggap mirip dengan sang proklamator semasa masih muda. Tidak hanya mewarisi rupa fisik, Prananda juga dikenal memegang teguh ajaran sang kakek.
Prananda dikenal sebagai teman Megawati dalam beradu pikiran. Ia adalah salah satu pihak yang bertanggung jawab dalam merancang pidato politik putri proklamator tersebut. Menurut Jokowi, pemikiran Prananda memiliki pengaruh besar dalam cara pandang dan sikap Megawati.
“Prananda punya potensi besar. Cara pengorganisasiannya detail. Orangnya memang tak menonjol, tetapi dekat dengan siapapun,” Jokowi.
Prananda dianggap lebih teguh dalam memegang ajaran sang kakek. Berdasarkan kondisi tersebut, banyak orang menganggap bahwa Prananda adalah sosok yang layak untuk meneruskan cita-cita Soekarno.
Prananda dianggap mewarisi cita-cita ideologis Soekarno. Nyaris seluruh gerak-geriknya bernapaskan ajaran sang proklamator tersebut. Selain itu, ia juga putra biologis dari sang ketua umum, Megawati Soekarnoputri.
Ia tergolong unggul dari kebanyakan kader PDI Perjuangan karena memiliki otoritas kharismatik.
Menurut Weber, pemimpin dengan otoritas kharismatik memiliki pengakuan keabsahan berdasarkan pada kualitas istimewa seperti kepahlawanan dan kesetiaan kepada individu serta komunitas bentukannya.
Sumber otoritas kharismatik Prananda mau tidak mau berasal dari Soekarno dan Megawati. Apalagi, predikat “Soekarno Muda” sudah kadung disematkan padanya.
Warisan semacam ini membuat Prananda dapat lebih unggul dibandingkan banyak orang. Menurut John Locke, hal semacam ini membuat seorang menjadi anggota masyarakat yang lebih mapan.
Otoritas kharismatik Prananda juga sudah nampak misalnya ketika namanya pertama kali diumumkan menjadi pengurus PDI Perjuangan. Saat itu, kader-kader yang menghadiri Kongres PDI Perjuangan tampak begitu mengelu-elukan personil band Rodinda tersebut.
Bagi beberapa orang, kehadiran Prananda dalam struktur PDI Perjuangan dianggap sangat penting. Ia dianggap mampu memberikan stabilitas di internal partai tersebut.
Konsolidasi semacam itu akan semakin krusial jika Megawati benar-benar pensiun. Kehadiran darah Megawati dan Soekarno dianggap dapat menjaga partai dari perpecahan.
Hal ini menunjukkan bahwa Prananda tidak perlu lagi membuktikan diri sebagai orang yang pantas di depan kader. Ia telanjur dianggap mewarisi darah pahlawan sehingga legitimasi kekuasaannya tidak harus berasal dari unsur lain.
Maka, jika nanti diperlukan mekanisme formal, langkah tersebut tidak lain hanya finalisasi seremonial belaka baginya karena ia telah terlebih dahulu diakui sebagai pewaris Soekarno dan Megawati. (gesuri)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS