BANYUWANGI – Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, mengajak para tenaga pendidikan untuk bergotong royong dan berperan aktif dalam upaya pengentasan anak tidak sekolah di Banyuwangi.
“Saya minta semua tenaga pendidikan ikut membantu menuntaskan permasalahan anak tidak sekolah. Baik yang putus sekolah, tidak melanjutkan sekolah, maupun yang sama sekali memang belum pernah bersekolah,” ujar Bupati Ipuk saat memberikan pengarahan kepada 36 tenaga pendidik di ruang rapat Rempeg Jogopati, Senin (1/4/2024).
Para tenaga pendidikan tersebut terdiri atas pengawas dan koordinator wilayah kerja satuan pendidikan (korwilkersatdik) yang baru saja menerima SK penugasan dari Bupati Ipuk.
Bupati Ipuk menjelaskan, salah satu masalah pendidikan sendiri yang terus digenjot adalah penurunan angka Anak Tidak Sekolah (ATS). Hingga 26 Januari 2024, terdata ada 2.909 anak terkategori ATS. Itu mengalami penurunan signifikan jika dibanding data per September 2023 yang mencapai 5.420 anak.
“Kami mengapresiasi kepada semua pihak yang sama-sama bahu-membahu yang telah melakukan penetrasi signifikan dalam menurunkan jumlah anak tidak sekolah ini,” jelasnya.
Menurut Bupati Ipuk, para stake holder pendidikan harus meningkatkan kepeduliannya terhadap masalah ini. Jika ada anak-anak, termasuk anak-anak difabel, yang tidak bersekolah, untuk segera diinformasikan dan dikoordinasikan dengan kepala desa, lurah, atau camat setempat agar bisa segera ditangani.
“Jangan sampai ada anak usia sekolah yang tidak bersekolah. Semua harus mendapatkan hak pendidikan,” tegas politisi PDI Perjuangan itu.
Selain masalah anak tidak sekolah, Bupati Ipuk juga berpesan agar para korwildik dan pengawas pendidikan juga ikut mendukung program pembangunan pemkab yang lain. Misalnya, penanganan masalah stunting, lansia miskin sebatang kara, serta masalah sosial lainnya.
Bupati Ipuk menambahkan, untuk mendukung peningkatan SDM dan IPM, Banyuwangi telah meluncurkan berbagai program di sektor pendidikan. Seperti beasiswa Banyuwangi Cerdas, uang saku dan uang transportasi bagi siswa kurang mampu yang berprestasi, dan beasiswa khusus difabel dan penghafal Al-Quran.
Program lainnya adalah Siswa Asuh Sebaya (SAS), di mana siswa yang berkecukupan menyisihkan sebagian uang sakunya untuk membantu siswa lain yang membutuhkan. Ada juga Gerakan Daerah Angkat Anak Muda Putus Sekolah (Garda Ampuh) yang membantu anak-anak putus sekolah, untuk kembali ke bangku sekolah maupun melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.
“Pemkab sudah memiliki banyak program yang memang disiapkan untuk menyelesaikan permasalahan ini. Kami tidak menuntut Bapak-Ibu mengeluarkan uang pribadi. Bapak-Ibu cukup bantu kami untuk menemukan dan segera laporkan. Kami banyak program untuk masalah ini,” tandasnya. (ars/set)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS