MADIUN – Masyarakat di Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun dan sekitarnya, termasuk kalangan pegiat seni merasa sangat terbantu dengan keberadaan Sasana Krida Mulya yang dibangun anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Provinsi Jawa Timur Ristu Nugroho.
Pasalnya, Sasana Krida Mulya yang juga menjadi Posko Pemenangan PDI Perjuangan ini tidak hanya digunakan kader Banteng untuk urusan partai saja.
Tapi masyarakat yang bukan kader Partai juga dipersilakan menggunakan Sasana Krida Mulya di Desa Babadan Lor, Kecamatan Balerejo tersebut untuk berbagai kegiatan.
Seperti yang diungkapkan Tri Wahyu Prasetyaningtias, guru seni tari asal Caruban. Perempuan yang akrab disapa Tias ini mengaku, keberadaan Sasana Krida Mulya sangat membantunya dalam melatih anak didiknya.
“Ini saya bawa anak didik dari sanggar CIC Management yang mengajarkan tari tradisi, modern, catwalk dan akting. Ini kita disini lagi take video recording buat lomba virtual tari tradisional yang diselenggarakan produksi dari Trenggalek dan Ponorogo,” ungkap Tias, saat di Sasana Krida Mulya, kemarin.
Dirinya membawa anak didiknya ke Sasana Krida Mulya berawal dari rekomendasi salah seorang wali murid yang memberitahukan bahwa di Sasana Krida Mulya tempatnya sesuai dan sangat representatif.
“Setelah disurvei, ternyata memang benar, sesuai konsep. Karena budaya dan tradisi masuk di sini. Nuansa budayanya kental banget. Dari desain tatanan tembok yang masih utuh tatanan bata seperti Majapahit, joglo, dan tumbuh-tumbuhan hijaunya fresh dilihat. Selain itu ada alat karawitan lengkap juga,” bebernya.
Tias yang baru pertama kali memanfaatkan Sasana Krida Mulya ini mengaku sudah punya ide untuk mengadakan rutinan kelas tari.
“Sudah izin Pak Ristu, dan alhamdulillah diizinkan, tinggal jadwalnya menyesuaikan. Di sini tidak ada kendala, sound sistem dan lighting juga sudah ada lengkap jadi nggak perlu bawa dari rumah,” ujarnya.
“Saya bersyukur dan merasa terbantu, disini alhamdulillah gratis. Ini memotivasi kita untuk terus berkarya dan akan kita sampaikan ke teman-teman bahwa disini tempatnya rekokemended banget,” imbuh Tias.
Sementara, Supriyadi yang juga pengajar seni tari tradisional mengaku, saat ini dampak budaya asing sangat luar biasa. Bahkan, menurutnya budaya tradisional hampir tergeser.
“Kita berjuang bagaimana tradisi tidak kalah, khususnya wilayah Caruban supaya tari tradisional tidak kalah dengan budaya asing,” ujarnya.
Salah satu yang dia lakukan untuk melestarikan budaya tradisional adalah dengan sosialisasi bahwa budaya kita lebih baik daripada asing.
Dia juga menyampaikan kepada wali murid tentang niatnya mengenalkan budaya local kepada generasi penerus. Apalagi sekarang tari tradisional juga banyak sekali inovasinya, dan busananya juga sopan tidak seperti yang lain.
Hal serupa dikatakan Sri Kartini, seorang waranggono asli Madiun. Sri Kartini bercerita bahwa dirinya pernah mengalami pengalaman kurang enak.
Diceritakan Sri, pernah pada suatu hari dirinya membawa anak didiknya untuk ikut event seni tari di salah satu supermarket di Madiun. Kala itu, anak didiknya menampilkan perform tarian tradisional Jawa.
Saat perform, tak ada riuh antusias penonton. Sebaliknya, ketika peserta lain menampilkan tarian budaya asing, tepuk tangan penonton menggema lebih riuh.
“Saya nelangsa. Dalam hati seperti diiris-iris. Padahal ini mainnya di Indonesia lho. Menurut saya sebagai pelaku seni, ini merupakan tantangan untuk berjuang paling tidak mempertahankan budaya tradisional kita, jangan sampai budaya kita hilang,” kata Ketua Paguyuban Karawitan se-Kabupaten Madiun ini.
Menurutnya, keberadaan Sasana Krida Mulya ini sinergis sekali dengan apa yang dia perjuangkan bersama para pegiat seni lainnya. Dia menyebut, tempat ini sangat membantu dalam usahanya mengenalkan kesenian tradisional kepada generasi penerus.
Pun, Sasana Krida Mulya selalu terbuka kapanpun dan untuk siapapun, tidak pandang bulu apakah dia kader ataupun bukan kader Partai.
“Sangat membantu. Pak Ristu sangat mengedepankan kebudayaan. Semua yang ada di sini bernuansa budaya. Karakteristik bangunan di sini mengedepankan Bhinneka Tinggal Ika dan Pancasila, jadi semua dari bermacam-macam adat menjadi satu,” ungkapnya. (ant/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS