SURABAYA – Pasangan Risma-Whisnu bakal lebih fokus dalam menggarap indeks pembangunan manusia (IPM) lima tahun ke depan. Langkah ini diambil agar pembangunan di Kota Pahlawan makin merata, sehingga warganya siap menghadapi era pasar global.
“Memang berat jadi pemimpin, karena harus bisa adil. Makanya, saya dan Mas Whisnu ingin menangani masalah habblum minannas (hubungan antar manusia)-nya, lebih banyak ke sosialnya, lebih banyak menangani masalah dunianya,” kata Cawali Tri Rismaharini, di acara pengajian di Medoan Ayu, Surabaya, Kamis (3/12/2015) malam.
Di hadapan ratusan masyarakat kawasan Surabaya Timur itu, Risma juga menegaskan siap mengabdi untuk Surabaya menuju era global. “Karena sebagai umaro memiliki tanggung jawab besar terhadap kesejahteraan warganya. Dan itu juga akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak,” tuturnya.
Wali kota perempuan pertama di Surabaya itu menjelaskan, IPM sebagai pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan, dan standar hidup masyarakat. Jika bersama Whisnu Sakti Buana dipercaya kembali memimpin Surabaya, tambah Risma, IPM akan menjadi fokus kerjanya selama lima tahun ke depan.
“Nanti, kalau Jalan Luar Lingkar Timur (JLLT) dan Barat (JLLB) sudah jadi, daerah-daerah pinggir akan ramai. Apalagi, Januari 2016 nanti, sudah memasuki era MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN), akan ada banyak investor yang datang. Jika sudah banyak investor yang datang, tentu akan ada perputaran ekonomi, itu pasti,” jabarnya.
Untuk itu, dia mengajak warga Kota Surabaya tanpa terkecuali, harus siap menghadapi pasar global. “Indeks pembangunan manusia yang akan kita dahulukan. Kita bangun sekolah-sekolah lebih baik, agar anak-anak kita menjadi generasi-generasi tangguh,” cetusnya.
Cawali yang diusung PDIP ini menambahkan, saat ini tidak ada lagi perbedaan antara sekolah swasta dengan negeri. Menurut alumnus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini, yang membedakan, sekolah swasta dikelola yayasan atau individu, sedang negeri dikelola pemerintah.
“Tapi intinya, sama. Tidak ada perbedaan. Dengan pendidikan yang lebih baik, derajat sosial kita juga akan lebih baik,” papar Risma.
Dengan derajat sosial yang lebih mapan, imbuh dia, warga Surabaya, akan menjadi tuan dan nyonya di era pasar global. “Kita semua pasti bisa. Selama ada ikhtiar, Gusti Allah pasti memberi jalan. Karena Gusti Allah itu memiliki kuasa, Gusti Allah itu Maha Kuasa, Maha Pemberi bagi mereka yang mau ikhtiar dan doa,” tutupnya.
Sementara itu, warga pinggir Kota Surabaya mengaku bangga dengan calon petahana tersebut. Bersama Whisnu, Risma dinilai telah berjuang keras memberdayakan warganya, hingga Kota Surabaya menjadi kota terbaik.
“Bahkan Bu Risma sendiri dinobatkan dunia sebagai wali kota terbaik ketiga. Itu menjadi bukti, kalau Bu Risma masih yang terbaik,” kata H Shokib Mustakim, warga Medoan Ayu.
Dia melanjutkan, “Beliau juga peduli dengan warga kaum pinggir, dengan adanya program pembangunan JLLT dan JLLB, yang akan direalisasikan tahun depan. Jelas ini, akan meningkatkan ekonomi kerakyatan,” terang Shokib.
Bukti kepedulian Risma pada warga pinggir, masih kata dia, dengan dicanangkannya program sekolah gratis hingga SMK/SMU. ”Dengan pendidikan gratis hingga SMA, itu juga bukti kepedulian Bu Risma pada kami, warga pinggir. Saya mewakili masyarakat pinggir, mengucapkan terima kasih pada Bu Risma, yang sudah bekerja untuk warganya,” tandasnya. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS