Rabu
08 Oktober 2025 | 12 : 02

Perjuangkan Reyog Masuk WBTB UNESCO, Sugiri Undang Fasilitator Asia-Pasifik

PDIP-Jatim-Bupati-Sugiri-23122021

PONOROGO – Perjuangan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ponorogo untuk menjadikan reyog Ponorogo diakui secara resmi sebagai Warisan Budaya Tak Benda United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (Unesco) atau Intangible Cultural Heritage (ICH) masih terus berlanjut. Hingga saat ini, langkah yang dilakukan untuk merealisasikan reyog sebagai warisan dunia salah satunya dengan mengundang fasilitator Intangible Cultural Heritage (ICH) UNESCO wilayah Asia-Pasifik untuk memberikan arahan dan penilaian.

“Ini usaha keras kami, UNESCO kan tidak ada di sini. Maka, fasilitator dari Unesco kita undang untuk memberikan arahan dan penilaian sebelum dokumen itu kita kirim nanti di bulan Maret 2022,” ujar Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, usai memberikan arahan pada pertemuan komunitas reyog Ponorogo, Tim Kemendikbud RI dan Tim Fasilitator UNESCO di Aula Bappeda Litbang Kabupaten Ponorogo, Rabu (22/12/2021).

Kang Giri, sapaan akrabnya, berharap, fasilitator tersebut bisa mengarahkan dan melakukan penilaian sebelum naskah atau dokumen tentang narasi reyog Ponorogo dikirimkan ke UNESCO.

“Jadi, ini harus dirumuskan betul-betul, bagaimana mencukupi selera dari UNESCO, maka diundang tenaga ahli yang expert di bidang ini,” imbuhnya.

Pengusulan reyog dan pengisian formulir untuk dipaparkan di markas UNESCO di Paris tinggal selangkah lagi yang tenggat waktunya Maret 2022 mendatang. Berbagai upaya hingga saat ini dilakukan oleh Pemkab Ponorogo seperti menyelenggarakan seminar, forum grup diskusi (FGD) dan melakukan riset-riset di lapangan tentang reyog. Bagaimana reyog itu berdampak ekonomi, bahan bakunya, apakah budaya rakyat.

“Kita sudah melakukan seminar, FGD sampai riset sudah kita lakukan sejak mulai dilakukan pengusulan pada September lalu,” jelas Wakabid Pemenangan Pemilu DPC PDI Perjuangan Ponorogo itu.

Sementara itu fasilitator ICH UNESCO untuk wilayah Asia-Pasifik, Harry Waluyo, mengatakan, sejauh pengusulan dan pengisian formulir untuk masuk dalam daftar ICH itu bisa meyakinkan UNESCO, maka peluangnya lolos makin besar. Menurutnya, penggunaan bulu merak dan kulit harimau sebagai ornamen reyog bisa diatasi oleh para pegiat reyog.

“Tapi, ini ada solusinya dan semua harus komit. Bagaimanapun juga UNESCO telah menetapkan penilaian,” ulasnya.

Ia pun berharap usulan reyog Ponorogo untuk menjadi warisan buudaya takbenda akan terwujud. “Selama Pemkab Ponorogo mengikuti petunjuk dari pengisian berkas-berkasnya. Tapi mudah-mudahan bisa segera terwujud,” pungkasnya. (jrs/set)

Tag

Baca Juga

Artikel Terkini

KRONIK

HUT Ke-350 Magetan, Ziarah dan Menghayati Semangat 7 Leluhur

MAGETAN – Mengawali rangkaian kegiatan memperingati hari jadi Kabupaten Magetan, sejumlah pejabat Forum Komunikasi ...
KRONIK

Bupati Lukman Tanam Pohon di Bukit Binaol, Kembangkan Potensi Wisata Alam

BANGKALAN – Bupati Bangkalan, Lukman Hakim, bersama Komunitas Mahasiswa dan Pemuda Sepulu (Kompas) melaksanakan ...
EKSEKUTIF

Dana Pusat Menurun, Eri Cahyadi Pastikan Ekonomi Surabaya Tetap Tumbuh

SURABAYA – Wali Kota Eri Cahyadi, menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya tidak boleh mengalami ...
BERITA TERKINI

Respons Cepat Usulan Pak Tardi, Genangan Air di Lingkungan Santo Bernadus Segera Dibangun Saluran Baru

KOTA MADIUN – Upaya politisi senior PDI Perjuangan yang juga Wakil Ketua DPRD Kota Madiun, Sutardi, dalam menyerap ...
LEGISLATIF

Wakil Ketua DPRD Yakini SPPG Pelaksana MBG di Jember Belum Punya SLHS

JEMBER – Wakil Ketua DPRD Kabupaten Jember Widarto, S.S meyakini pelaksanaan makan bergizi gratis (MBG) oleh satuan ...
KABAR CABANG

PDI Perjuangan Beri Masukan ke KPU soal Potensi Penambahan Kursi DPRD Surabaya

SURABAYA – DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya memberi masukan kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) soal potensi ...