JAKARTA – Fraksi PDI Perjuangan DPR RI mendorong anggaran pertahanan terus ditambah setiap tahun, agar TNI tidak membeli alutsista bekas yang berpotensi menimbulkan kecelakaan.
Anggota Komisi I dari PDI Perjuangan Charles Honoris mengatakan, PDIP mendukung langkah pemerintah menaikkan anggaran pertahanan Rp 250 triliun sampai 2019.
“Fraksi PDI Perjuangan mendorong agar anggaran pertahanan dari tahun ke tahun terus meningkat dan seimbang sesuai kebutuhan riil sektor pertahanan kita,” kata Charles Honoris melalui pesan tertulisnya, Selasa (20/12/2016).
Dia berpendapat, alokasi anggaran untuk TNI AU memang terbilang kecil. Oleh karena itu, penambahan anggaran harus didorong agar reformasi pengelolaan alutsista di tubuh TNI bisa dilakukan.
“Untuk tahun 2017 nanti, anggaran untuk TNI AU memang yang paling kecil. Dari rencana anggaran Rp 108 triliun, matra udara hanya mendapat alokasi Rp 13,8 triliun,” jelasnya.
Kecelakaan pesawat milik TNI disebut-sebut karena usia pesawat yang sudah uzur. Dia tidak ingin pesawat TNI AU yang sudah uzur hanya menjadi peti mati bagi prajurit TNI berbakat.
“Prajurit TNI itu dilatih dan dididik untuk menghadapi ancaman dan musuh NKRI, bukan untuk mati karena kelalaian institusi. Jangan jadikan pesawat dan alutsista sebagai peti mati prajurit kita,” ucapnya.
Menurut dia, selain memang adanya keterbatasan anggaran untuk pembelian pesawat baru, ada antrean yang harus dilewati untuk pengadaan pesawat angkut militer baru.
“Pascakecelakaan Hercules di Medan beberapa waktu yang lalu, kami mendapatkan informasi bahwa dari 24 unit pesawat Hercules yang kita punya hanya 11 yang dalam kondisi siap terbang,” katanya.
Dari total 50 pesawat angkut yang dimiliki Indonesia, ungkap Charles, hanya 24 unit yang bisa terbang. Hal itu tentunya harus menjadi bahan evaluasi bagi TNI AU terkait perawatan dan pengelolaan pesawat terbang TNI.
Sebelumnya, Wakil Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Madya TNI Hadiyan Sumintaatmadja membenarkan, bahwa Pesawat Hercules tipe A 1334 milik TNI hilang kontak pada Minggu (18/12/2016) sekitar pukul 06.05 WIT.
Pesawat tersebut jatuh setelah diduga menabrak Gunung Tugima, Kampung Minimo, Distrik Maima, Kabupaten Jayawijaya. Akibat kecelakaan ini, seluruh penumpang pesawat berjumlah 13 orang meninggal dunia.
Menurutnya, pesawat tersebut selain melaksanakan misi navigation exercise atau latihan, juga membawa dukungan pergeseran logistik untuk Pemerintah Daerah (Pemda) Papua. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS