MAGETAN – Alun-alun Kabupaten Magetan Minggu (2/11/2014) siang nampak ramai. Ratusan masyarakat Magetan tumplek-blek di lapangan yang berada di jantung kota lereng gunung Lawu itu. Dari anak kecil, orang tua maupun remaja semua rela berdesak-desakan untuk berebut gunungan roti bolu.
Ini adalah bagian dari festival “Ledug Suro Andum Berkah Roti Bolu Rahayu”, sebuah acara yang rutin dilakukan untuk memperingati tahun baru Islam 1 Muharram.
Pemerintah Kabupaten Magetan bermaksud mempromosikan roti bolu sebagai makanan khas Magetan di acara ini. Sekitar 20.000 roti bolu dibentuk menyerupai gunungan dan bedug masjid serta dikirab di alun-alun setempat.
Puncaknya, warga berebut roti bolu rahayu untuk mendapatkan berkah. Warga percaya, jika mendapatkan roti tersebut kehidupannya akan selalu dilindungi oleh Allah SWT.
“Ledug Suro ini menjadi agenda utama wisata budaya Kabupaten Magetan. Menjadi rangkaian peringatan hari jadi Kabupaten Magetan yang ke 339. Festival ini untuk mempromosikan jajanan khas roti bolu dan kesenian khas Magetan musik ledhug,” kata Bupati Magetan Sumantri kepada wartawan.
Selama dua hari Pemkab Magetan menggelar festival musik ledhug (lesung dan bedug-red). “Hari ini puncaknya kita lakukan kirab Nayaka Praja (semacam pimpinan pemerintahan-red) dengan pasukan berkuda dan diakhiri berebut gunungan roti bolu,” jelas Sumantri.
Kirab Nayaka Praja mengambil rute start di Pendopo Surya Graha kemudian menuju Jalan Basuki Rahmat Barat, Jalan Jaksa Agung Suprapto, Jalan Wilis, Jalan Samodra, Jembatan Gandong 3, Jalan Duwet, dan berakhir di GOR Ki Mageti.
Acara semakin meriah karena diawali dengan pawai budaya yang menampilkan berbagai kesenian kontemporer dan modern dari instansi dan sekolah di Magetan. Rute pawai adalah sepanjang Jalan Pahlawan, Jalan Panglima Sudirman, Traffic light Pasar Baru, Jembatan Gandong 1, dan berakhir di Alun-alun Magetan.
Roti bolu sendiri pembuatannya dilakukan industri rumah tangga di Desa Sidomukti dan Desa Nitikan, Kecamatan Plaosan. Salah satunya adalah Roti Bolu Dinawa yang dikelola Ibu Lanjar. Pembuatan roti bolu tersebut telah digeluti keluarganya sejak 1970-an. Dibutuhkan waktu sepekan untuk menyiapkan puluhan ribu bolu itu.
Roti bolu Magetan rasanya manis dan lembut, membuat roti ini banyak disukai masyarakat. “Banyak yang suka sehingga sudah bisa dipasarkan sampai keluar Magetan, seperti Madiun, Ngawi, Ponorogo, bahkan hingga Solo dan Sragen, Jawa Tengah,” ungkap Sumantri yang diberangkatkan PDI Perjuangan saat maju menjadi bupati dua periode itu.
Yang menjadi khas dari roti bolu Magetan adalah aroma jahe dan jeruk. Proses pembuatannya juga tidaklah sulit. Bahan yang dibutuhkan antara lain, tepung terigu, gula pasir, telur, vanili, serta tumbukan jahe dan perasan jeruk purut yang menjadi andalan.
Bahan-bahan tersebut dicampur menjadi adonan dan setelah itu dicetak kecil-kecil berbentuk oval, lalu dioven hingga matang. Proses selanjutnya, roti bolu Magetan siap dikemas dan dipasarkan. Rata-rata produksinya mencapai 1.500 bungkus per hari.
Di Kota Magetan sendiri tak sulit mencari roti bolu. Hampir seluruh toko di pasar dan pusat jajanan di wilayah setempat selalu menjualnya. Jajanan tersebut telah menjadi ikon Magetan dan oleh-oleh para wisatawan yang berkunjung ke Magetan.. (sa)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS