TRENGGALEK – Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin memastikan program makan siang bergizi akan dijalankan di Kabupaten Trenggalek meski tidak dianggarkan dalam APBD Tahun 2025.
Gus Ipin, sapaan akrab Mochamad Nur Arifin mengatakan, makan siang bergizi memang tidak dianggarkan dalam APBD 2025 karena petunjuk teknis yang ada, hanya mengatur seputar pelaksanaan. Sedangkan asal sumber pendanaannya belum diatur.
“Semua kepala daerah mungkin juga masih wait and see, selain itu kita juga fokus (pelaksanaan) Pilkada dan lainnya,” kata Gus Ipin, Selasa (26/10/2024).
Selain itu, dalam juknis tersebut, juga hanya menyebutkan siapa saja yang bisa menjalankan program tersebut dan harga maksimal setiap porsinya.
“Jadi (anggaran makan siang bergizi) dicadangkan dulu ke biaya tak terduga (BTT) kemudian kalau bisa (dianggarkan) di perubahan anggaran keuangan (PAK). Jadi PAK-nya akan dimajukan setelah juknisnya sudah keluar,” lanjutnya.
Hitungan kasar Gus Ipin, anggaran makan siang bergizi di Trenggalek membutuhkan anggaran sebesar Rp 60 miliar. Jumlah tersebut menurut lulusan Magister Sumberdaya Manusia Universitas Airlangga Surabaya ini sangat terasa jika dibebankan pada APBD Trenggalek.
“Uang segitu uangnya siapa, anggaran untuk infrastruktur kita saja Rp 90 miliar,” tegas bupati yang juga menjabat sebagai Ketua DPC PDI Perjuangan Trenggalek tersebut.
Namun demikian, pihaknya telah menyiapkan sejumlah skema jika anggaran yang tersedia untuk program makan siang bergizi tersebut tidak bisa mencakup seluruh siswa di Trenggalek.
“Kalau tidak bisa secara keseluruhan di Trenggalek, maka sekolah mana dulu yang diprioritaskan, itu yang harus kita pilih secara berkeadilan,” tegasnya.
Gus Ipin sendiri sudah menyampaikan ke DPRD Kabupaten Trenggalek jika dalam pelaksanaannya nanti akan memprioritaskan SD satu atap yang ada di pelosok-pelosok.
“Karena SD satu atap itu cari siswa saja susah, ekonomi wali murid juga minim, infrastruktur dan aksesibilitas juga pasti susah,” terang dia.
Prioritas kedua yang akan menjadi perhatian Mas Ipin adalah sekolah inklusif yang mana di sekolah tersebut mempunyai siswa difabel atau berkebutuhan khusus.
“Maka dari itu saat uji coba (makan siang bergizi) kita pilih di SDN 2 Sumbergedong karena sekolah tersebut juga sekolah inklusif,” tutup Gus Ipin. (aris/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS