BLITAR – Masyarakat Bumi Bung Karno seakan rindu dengan Kirab Tumpeng Agung Nusantara Gotong Royong yang biasa digelar di pelataran Candi Palah Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar.
Selama dua tahun belakangan, kirab yang diikuti pegiat seni budaya dari berbagai daerah tersebut tak digelar lantaran pagebluk Covid-19.
Karena itu, seiring terus melandainya wabah Corona, Kirab Tumpeng Agung Nusantara Gotong Royong yang kali ini bisa digelar pun jadi pengobat rasa kangen masyarakat Blitar Raya.
Catatan panitia, sedikitnya 10 ribu masyarakat Bumi Bung Karno, juga peserta kirab dan pengunjung dari kabupaten/kota lainnya, mengikuti jalannya prosesi kirab.
Baca juga: Hadiri Mahargya Candi Palah Penataran ke-825, Kusnadi Ajak Masyarakat Makin Kenali Jati Diri Bangsa
Selama acara yang digelar dalam rangkaian Mahargya Candi Palah Penataran Blitar ke-825 ini, masyarakat Blitar Raya terlihat antusias menyaksikan prosesi kirab yang berlangsung selama 4 jam sejak pukul 13.30 WIB.
Kirab Tumpeng Agung Nusantara Gotong Royong ke-11 ini digelar Lembaga Pelindung dan Pelestari Budaya Nusantara (LP2BN) dan Badan Kebudayaan Nasional (BKN) DPD PDI Perjuangan Jawa Timur.
Kepala BKN Jatim Ony Setiawan mengapresiasi antusiasme warga dalam gelar Kirab siang itu. Jumlah massa yang hadir di sepanjang rute kirab hingga pusat acara menurutnya di luar dugaan estimasi panitia.
Warga tampak memadati di sepanjang jalan rute kirab, mulai Situs Umpak Balekambang, hingga Candi Palah Penataran. Banyak di antara mereka yang mengabadikan momen tersebut melalui smartphone-nya.
Panas matahari siang hari tidak menyurutkan semangat masyarakat untuk menyaksikan prosesi arak-arakan tumpeng yang terdiri dari berbagai hasil bumi daerah setempat tersebut.
“Kirab Tumpeng Agung Nusantara Gotong Royong ini membawa semangat dan kebahagiaan bagi warga, terlebih lagi setelah 2 tahun vakum karena pandemi covid-19. Antusiasme mereka sangat luar biasa. Dari sini kita bisa lestarikan budaya tanpa menjadi beban, kita lestarikan budaya dengan bahagia,” ungkap Ony.
Alumnus Universitas Airlangga itu mengatakan, pergerakan kebudayaan di Jawa Timur semakin baik. Setiap daerah yang kurang memiliki perhatian terhadap kebudayaan, kini semakin aktif berkegiatan.
Terlebih lagi sudah banyak wajah muda-mudi dari generasi Z yang turut serta dalam giat kebudayaan. Hal itu juga tampak dalam gelar kirab di Penataran.
“Sekarang sudah banyak sekali anak muda yang mau nguripi kebudayaan sendiri. Istilah jadul kalau ikut acara kebudayaan, bagi anak muda sudah tidak ada rasanya. Dalam giat kita hari ini, banyak melibatkan komunitas anak muda,” jelasnya.
Memang, Kirab Tumpeng Agung Nusantara Gotong Royong ke-11 ini diikuti berbagai komunitas kebudayaan dari berbagai daerah di Jatim, mulai dari kalangan muda hingga tokoh-tokoh budayawan senior.
Salah satu pelaku pelaku budaya milenial di antaranya Saffa dan Izza. Kakak beradik dari Bumi Mojopahit ini tak hanya hadir memarakkan kirab, tapi juga terlibat di kepanitiaan.
Keduanya bukan kali ini saja mengikuti kirab di Candi Penataran, namun sudah sejak 5 tahun lalu. Dilandasi rasa cinta dan ingin tahu lebih dalam soal budaya Jawa, mereka hadir mengenakan kain jarik dan kebaya.
“Saya sangat senang bisa ikut, sejak dikenalkan bunda dan ayah saat SD tentang Kirab Tumpeng Agung Nusantara Gotong-Royong lima tahun lalu. Mulai saat itu sampai sekarang saya senantiasa ikut tiap tahunnya. Yang awalnya karena diajak, akhirnya saya jadi jatuh cinta, dan ingin semakin ngerti budaya Jawa itu apa saja,” ujar Saffa. (yols/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS