JAKARTA – Gedung berlantai lima belas itu tampak mencolok dengan lampu-lampunya yang berwarna kuning. Sarinah yang baru tak kehilangan keanggunannya dalam menjadi pusat perhatian masyarakat DKI Jakarta dan sekitarnya.
Pada hari kedua perayaan Idul Fitri 1443 Hijriah, Selasa (3/5/2022), Gedung Sarinah di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, dipadati oleh pengunjung. Tak hanya di dalam mal, masyarakat juga nampak menghabiskan waktu dengan bersantai atau mengambil foto di wilayah luar atau bagian outdoor.
Salah satu spot foto favorit pengunjung yakni sebuah tembok di lantai dasar, tepatnya di sebelah beberapa stan batik. Terpampang gambar seorang perempuan dan kutipan kalimat Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno.
“Sarinah, dialah yang mengajariku untuk mengenal cinta kasih. Sarinah mengajariku untuk mencintai rakyat, massa rakyat dan rakyat jelata.”
Pusat perbelanjaan pertama di Indonesia itu diresmikan oleh Soekarno pada 15 Agustus 1966. Gedung tersebut dinamai dengan nama seorang pengasuh Soekarno saat masih kecil.
Dalam buku berjudul Sarinah, Kewajiban Wanita dalam Perjuangan Republik Indonesia, Soekarno menuliskan bahwa Sarinah merupakan pengasuhnya.
Dari Sarinah, Soekarno mendapatkan pelajaran soal mencintai “orang kecil”. “Dia sendiri pun orang kecil, tetapi budinya selalu besar,” tulis Soekarno.
Kemudian, di dekat eskalator menuju lantai 1 terdapat relief tentang kehidupan masyarakat tradisional Indonesia. Relief tersebut menggambarkan seorang petani, pedagang perempuan, laki-laki yang tengah memikul barang dan seekor kerbau.
Dikutip dari Kompas.id, Direktur Utama PT Sarinah (Persero) Fetty Karnawati menyebutkan, relief sepanjang 11-12 meter dengan tinggi 3 meter itu merupakan center point Sarinah.
Melihat ke arah kanan relief, pengunjung diajak untuk membaca teks pidato Bung Karno saat momen pemancangan tiang pertama Sarinah, 23 April 1963. Ada pula dokumentasi perjalanan sejarah Sarinah melalui berbagai foto sejak tahun 1962.
Seorang pengunjung bernama Mifia (38) mengaku senang dengan perubahan Sarinah. Ia takjub karena meski bergaya baru, Sarinah tak lupa untuk menyampaikan sejarah.
“Gaya barunya boleh mengikuti generasi milenial, tapi sejarahnya tidak dilupakan,” kata dia.
Mifia mengaku sengaja mengajak kedua anaknya mengunjungi Sarinah untuk menceritakan mal penuh sajarah itu.
“Biar anak-anak mulai penasaran, siapa itu Soekarno, terus saya juga bisa cerita ke mereka pelan-pelan. Apalagi dulu saya sering nongkrong di sini, jadi kunjungan ini sekalian buat nostalgia masa remaja,” paparnya.
Pengunjung lain, Vania Lorayne (25) warga Cikarang, Jawa Barat, mengunjungi Sarinah karena dekat dengan Stasiun KRL Gondangdia.
“Awalnya bingung aja setelah turun dari stasiun mau ke mana. Terus lihat di medsos kalau di deket situ ada Sarinah, akhirnya mampir,” paparnya.
Vania pun mengaku sempat mengambil foto di wilayah outdoor karena arsitekturnya yang minimalis. Bersama kekasihnya, Vania turut membaca surat Bung Karno dan tak lupa mengabadikan momen di depan relief.
Meski berisi sejarah, Vania menilai relief yang terpampang menunjukan kebaruan desain interior sebuah mal yang tak pernah dilihatnya.
“Aku tertarik foto di relief itu karena menurutku fresh interiornya. Soalnya bosen sama interior kafe atau mal yang gitu-gitu saja,” imbuhnya.
Sarinah merupakan contoh nyata bahwa sejarah bisa berdampingan dengan kemajuan zaman. Ia selalu relevan dan menarik jika disampaikan dengan apik. (kompas)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS