PROBOLINGGO – “Didaerah kami kan mayoritas adalah petani, sehingga bagi saya perlu ada terobosan baru. Ide itu muncul yakni ternak ayam petelur,” ucap Faridi, pemuda 28 tahun yang menekuni ternak ayam, Jumat (23/4/2021).
Setahun lalu, tepatnya Oktober 2020, gagasan beternak ayam itu dilaksanakannya. Di tengah masyarakat petani, Faridi berharap ternak ayamnya dapat menggerakkan masyarakat untuk lebih kreatif dan mandiri.
“Saya berharap, para petani di sini tidak bergantung pada hasil pertanian saja. Harus ada usaha-usaha lain untuk menopang pertanian,” jelas Faridi.
Menurut Faridi, beternak itu gampang-gampang susah. Secara pangsa pasar cukup menjanjikan. Akan tetapi, harga pakan yang kadang melonjak, membuat dirinya masih kebingungan mencari pola bisnis telur ayam.
“Biasanya kendala pada harga telur ayam yang tidak stabil. Harga pakan juga, itu yang kadang membuat kami kebingungan,” urai Faridi.
Meski demikian, pemuda pengagum Bung Karno itu tidak patah arang. Dengan dukungan orang tuanya, ia nekat mengeluarkan modal sebesar 140 juta rupiah. Ia mengaku, 70% modalnya merupakan hasil pinjaman ke bank.
“Modal itu meliputi ayam petelur, kandang, termasuk pakan. Sebab, kami harus menunggu sekitar 2 bulan, agar penjualan telur ayam tersebut bisa dibelikan pakan. Selama 2 bulan kami menghabiskan sekitar Rp 22 juta untuk pakannya saja,” jelas Faridi.
Berkat kegigihannya, kini pemuda yang tinggal di Desa Nogosaren, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo itu sudah memiliki sejumlah 630 ekor ayam petelur dengan kandang seluas 4×17 meter. Setiap harinya, ayamnya menghasilkan telur sebanyak 33-34 kilogram. Harga per-kilogram yakni Rp 18-22 ribu, di mana ia kelompokkan dalam peti berisi 10 kilogram telur.
“Telur yang saya panen, biasanya saya jual ke sales atau agen telur. Para tetangga juga banyak yang langsung datang ke sini, untuk hajatan atau acara selamatan,” tutur Faridi.
Di tengah kondisi pandemi Covid-19, mantan pengurus DPC GMNI Probolinggo itu berharap, pemerintah bisa melakukan kontrol terhadap harga telur dan pakan agar bisa seimbang, sehingga peternak bisa tetap melanjutkan usahanya.
“Di tengah pandemi ini, saya kira pemerintah perlu menjaga kestabilan harga barang-barang pokok, agar para pengusaha tidak lesu,” tegas Faridi dengan nada penuh harap. (drw/set)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS