SURABAYA – Tepuk tangan riuh para awak redaksi koran Jawa Pos mengiringi kehadiran calon presiden Joko Widodo ketika memasuki ruang redaksi di gedung Graha Pena Jalan A Yani 88 Surabaya, Sabtu (27/6/2014) malam. Jokowi dan rombongan diterima pemimpin redaksi Leak Kustiya, redaktur kolom nasional Arif Santosa, salah satu komisaris Nani Wijaya dan para redaktur lainnya.
Jokowi kemudian berjalan mengelilingi ruangan untuk menyaksikan dari dekat bagaimana cara awak media Jawa Pos bekerja. Tengah asik berkeliling, tiba-tiba seorang perempuan datang menghampiri Jokowi. Ia adalah Indrian Purwaningtyas, salah seorang editor halaman Deteksi di Jawa Pos.
Indrian adalah alumni Unair jurusan Studi Ilmu Politik yang menulis skripsi tentang peran konsultan politik dalam pilkada DKI 2012 lalu dimana Jokowi menjadi pemenang dan sah menjadi gubernur Jakarta. Indri, sapaan akrab Indrian, segera menyodorkan selembar kertas untuk dimintakan tandatangan Jokowi.
“Wah saya gembira sekali. Tidak menyangka bisa ketemu dan dapat tandatangan Pak Jokowi,” ujar Indri usai mendapat tandatangan Jokowi di atas skripsinya.
Selanjutnya, setelah melihat-lihat ruangan redaksi media milik Dahlan Iskan (Meneg BUMN) tersebut, Jokowi kemudian melakukan dialog dengan para awak redaksi. Ditanya tentang komitmennya pada ujian nasional, Jokowi menjawab bahwa semua tetap akan dievaluasi total.
“Ya semua kebijakan kan ada plus minusnya, ya akan dievaluasi. Apakah akan jadi penentu kelulusan atau hanya untuk peta standard pendidikan nasional, nanti kita evaluasi. Jika baik ya kenapa tidak, jika salah ya kita kritisi,” terang dia.
Ketika didesak soal pengumuman kabinet sebelum 9 Juli agar pemilih mengambang memiliki pertimbangan, Jokowi bergeming. “Di depan kan sudah kami sampaikan bahwa kita kerjasama antar partai itu tidak pernah berbicara masalah menteri. Tidak pernah sama sekali sampai detik-detik ini. Oleh karena itu akab kita teruskan sampai 9 Juli. Kalau kami bicara sekarang nanti bisa guncang dong. Kalau sudah bilang tidak ya tidak. Menteri adalah hak preogratif presiden. Sudah itu jelas,” tegas dia.
Disinggung mengenai pembatasan transaksi cash, Jokowi dengan percaya diri mengatakan bahwa DKI Jakarta adalah pemerintah provinsi yang melakukannya. “Kalau berkaitan dengan transaksi pemerintah non cash transaction adalah cara untuk membatasi kebocoran anggaran. Jadi kami sudah mulai melakukannya,” jelasnya.
Mengenai program kesehatan dan pendidikan yang selama ini Jokowi kenalkan dengan Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Pintar, Jokowi menjelaskan bahwa yang ia tawarkan adalah sistem. “Anggaran pendidikan dan anggaran kesehatan itu kan sudah ada. Yang saya tunjukkan dengan kartu itu adalah sistem agar gampang dikontrol pelaksanaannya. Tepat sasaran tidak penerimanya bisa diketahui. Produk ini sudah saya buat di Solo, di Jakarta, jadi ini program yang sudah matang tinggal menasionalkan,” papar dia
Jokowi juga menambahkan tentang problem transportasi berkaitan dengan idenya soal tol laut (kapal besar untuk pengangkut). “Sebagai negara maritim, alternatif transportasinya ya jenis transportasi laut. Untuk wilayah darat solusinya kereta api. Di negara Eropa pun problem kemacetan dan transportasi antar wilayahnya melihat antara darat atau laut pitensinya. Kalau laut ya kapal besar kalau darat ya kereta api,” ujarnya.
Dialog yang berlangsung selama 30 menit itu nampak gayeng dan penuh canda. Jokowi beberapa kali mengeluarkan guyonan khasnya. Sayang ia tak bisa berlama-lama karena sudah ditunggu ribuan pengusaha se-Jatim yang akan berdialog juga di hall ITC Surabaya.
Jokowi dalam kunjungan ini didampingi beberapa petinggi PDI Perjuangan dan tim pemenangan di antaranya Wasekjend DPP PDI Perjuangan Ahmad Basarah, Ketua DPD PDI Perjuangan Jatim Sirmadji Tj, Ketua DPC PDI Perjuangan Surabaya Wisnu Sakti Buana, Caleg jadi DPR dapil 1 jatim Henky Kurniadi. Nampak pula ketua DPP PKB Marwan Jafar dan Teten Masduki. (sa)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS