PONOROGO – Kelangkaan pupuk bersubsidi membuat para petani di Ponorogo mengeluh. Mereka khawatir akan hasil panen mereka menurun dan kualitas gabah buruk. Untuk memberikan solusi atas kelangkaan pupuk tersebut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ponorogo membuat terobosan dengan program pupuk non-subsidi tunda bayar, yaitu petani diberi pupuk terlebih dahulu lalu bisa dibayar setelah empat bulan kemudian dengan perkiraan sudah panen, atau biasa dikenal dengan “yarnen” (bayar setelah panen).
Untuk menyediakan pupuk non-subsidi tersebut, Pemkab Ponorogo bekerjasama dengan pabrik pupuk PT. Antariksa Nusantara Indonesia Group (ANIG).
Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, menyampaikan, solusi tersebut adalah jalan tengah. Setiap tahun realisasi pupuk bersubsidi dari RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) selalu menurun. Pupuk bersubsidi hanya dicukupi sebanyak 60 persen, dan pabrik menyediakan 40 persen.
“Kelangkaan pupuk karena pupuk dikurangi dari RDKK yang bisa mencukupi 60 persen dari RDKK petani di Ponorogo. Untuk itu kita buat terobosan dengan bekerja sama dengan pabrik pupuk yang membayarnya setelah panen atau yang lebih dikenal dengan yarnen,” ujar Bupati Sugiri usai membuka Sosialisasi Pupuk Non-Subsidi Tunda Bayar di Gedung Sasana Praja, Senin (21/2/2022).
“Jadi, kebutuhan pupuk dari pabrik akan ditanggung sebanyak 40 persen,” lanjutnya.
Terkait jaminan, Bupati Sugiri menegaskan tidak ada jaminan yang diberikan dari petani. Jaminan yang dibutuhkan hanyalah jaminan kepercayaan, kepatuhan, dan kesadaran dari petani itu sendiri yang dianggapnya menjadi penting.
“Kalau gagal panen nanti kita rumuskan. Ya mudah-mudahan tidak gagal panen. Pupuknya sesuai dengan kebutuhan petani,” jelasnya.
Wakabid Pemenangan Pemilu DPC PDI Perjuangan Ponorogo itu juga mengamanatkan para petani untuk mengubah kebiasaan dengan mengurangi penggunaan pupuk tunggal dan beralih menggunakan pupuk majemuk. Sehingga penggunaan pupuk majemuk bisa bertambah.
“Kalau bisa kebiasaan pupuk kimia dikurangi, sehingga biar pupuk organik bisa meningkat. Biar ke depan pelan-pelan bisa jadi habit (kebiasaan). Kebiasaan yang harus didorong bersama-sama,” pungkasnya di hadapan para Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan pengurus Gapoktan. (jrs/set)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS