SURABAYA – Di sela acara kunjungannya ke Surabaya, Minggu (21/2/2015) Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyempatkan waktu mengunjungi eks lokalisasi Dolly. Ditemani Wali Kota Tri Rismaharini dan Wawali Whisnu Sakti Buana, Hasto menjumpai warga di kawasan Putat Gang Lebar sekitar pukul 14.30 WIB.
“Saya diceritai Bu Mega tentang batik, sepatu hasil pemberdayaan warga eks Dolly. Bu Mega sangat terkesan. Saya pikir itu menarik, jadi saya ingin melihat langsung perkembangannya,” kata Hasto.
Selama kurang lebih satu jam dia berkeliling melihat ruangan dan mesin produksi alas sepatu dan batik. Sesekali dia berdialog dengan warga yang menyambutnya dengan antusias. Risma juga menunjukkan tembok kampung yang telah disulap jadi mural oleh anak-anak muda.
Di depan warga, Hasto menyatakan apresiasinya terhadap cara Risma menangani lokalisasi Dolly dan membina warga sekitar pasca penutupan. “Saya salut sekali Bu Risma dalam mendampingi warga eks Dolly ini melibatkan anak-anak muda kreatif untuk membuat karya yang berdaya guna. Karena memang keterlibatan semua unsur masyarakat dalam proses pendampingan ini sangat penting,” ujar Hasto.
Saat ditanya tentang pendekatan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok terhadap penutupan lokalisasi Kalijodo, Hasto berpendapat apa yang dilakukan Ahok berbeda pendekatan.
Menurutnya, penutupan lokalisasi tidak akan pernah mudah dilakukan. Namun seorang pemimpin perlu melakukan pendekatan khusus bagaimana membuat kebijakan yang memanusiakan manusia dan mendorong mereka untuk berproduksi secara positif.
“Pendekatannya sesuai kondisi masyarakat masing-masing. Tidak harus meniru seperti yang dilakukan Bu Risma di sini. Tapi pendekatan yang dilakukan terhadap Dolly bisa menjadi model bagi kepala daerah lain,” ucapnya.
Prinsipnya, sebut Hasto, setiap pemimpin harus memperlakukan warganya secara terhormat dan setara. Menurut dia, Bu Risma seorang ibu yang lebih cenderung berkarakter welas asih sehingga karakter itu yang tercipta dalam dialog dengan warga saat penutupan lokalisasi.
“Sedangkan Pak Ahok juga ada pendekatan manusiawi. Pemerintahan harus mengatur bagaimana perumahan diatur dan bisa memenuhi kebutuhan warganya secara bermartabat,” urai Hasto.
Yang perlu dibangun pemerintah, imbuhnya, adalah semangatnya memperlakukan semua warga negara dengan cara terhormat, membangun martabat mereka kembali dengan diperlakukan penuh kesetaraan. “Ini tentu saja sesuai dengan penjabaran nilai-nilai dari Pancasila yang kita pegang teguh,” tandas dia.
Dalam kesempatan ini Hasto juga membeli beberapa batik dan sepatu karya warga eks Dolly. “Saya beli sepatu untuk saya pakai. Ternyata enak dipakai dan bagus modelnya. Kalau batik saya beli untuk oleh-oleh ibu ketua umum Megawati,” pungkasnya. (sa)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS