NGAWI – Para petani tembakau di Kabupaten Ngawi dirundung galau. Sebabnya, hujan mengguyur beberapa hari terakhir menyebabkan tanaman tembakau rusak. Padahal para petani baru beberapa kali memanen.
Musim tanam 2024, di Kabupaten Ngawi terdapat 1.700 hektar lahan pertanian tembakau yang memasuki masa panen. Dari luasan tersebut, terdata 400 hingga 500 hektar yang mengalami kerusakan akibat terguyur hujan.
Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Ngawi, Sojo, menjelaskan bahwa hujan yang mengguyur beberapa waktu lalu menyebabkan tanaman tembakau terendam. Kondisi tersebut membuat tanaman tembakau layu hingga rusak.
“Lahannya terendam air selama tiga hari berturut-turut. Sehingga akar tanaman busuk, lalu daun tembakau layu dan menguning,” kata Sojo, pada Kamis (3/10/2024).
Legislator PDI Perjuangan yang baru saja dilantik tersebut menambahkan, harga tembakau kering saat ini sedang berada di titik yang baik. Harga perkilogram berkisar Rp 40 ribuan dari petani.
Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kabupaten Ngawi itu menyampaikan, untuk mensiasati kondisi saat ini, para petani tembakau memilih memanen dini daun tembakau. Hal itu agar para petani tidak semakin merugi, serta mengejar harga pasar tembakau yang lagi tinggi.
“Para petani memilih memaksa panen. Meskipun hal itu nanti berpengaruh terhadap kualitas daun tembakau serta harganya,” ujar Sojo.
Sojo menerangkan, jika kondisi normal, satu hektar lahan bisa menghasilkan sebanyak 2 ton tembakau kering. Jika dikalkulasikan, petani bisa meraup penghasilan hingga Rp 80 juta. Tetapi dengan kondisi saat ini, petani bisa balik modal saja sudah senang.
“Semoga tanaman yang masih bisa diselamatkan petani, harga tembakau tidak serta merta turun. Paling tidak petani bisa balik modal,” harap Ketua APTI dan Legislator PDI Perjuangan, Sojo. (and/hs)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS