SURABAYA – Wali Kota Eri Cahyadi kukuhkan Bunda Literasi sekaligus launching buku “Ensiklopedia Sejarah dan Budaya Surabaya” di Gedung Balai Pemuda, Surabaya, Jumat (23/12/2022).
Pengukuhan tersebut dihadiri jajaran kepala perangkat daerah (PD), komunitas hingga pegiat sejarah di Kota Surabaya.
Sesuai surat keputusan Wali Kota Nomor 188.45/384/436.12/2022, Rini Indriyani resmi dikukuhkan sebagai Bunda Literasi di Kota Surabaya. Eri berharap dengan dilantiknya Bunda Literasi, bisa meningkatkan minat baca di Surabaya.
“Karena minat baca di Surabaya itu rendah, maka kita dukung melalui Bunda Literasi ini. Agar minat baca di Kota Surabaya terus meningkat,” kata Eri.
Selain itu, dia minta kepada Bunda Literasi untuk memberikan inovasi-inovasinya dalam meningkatkan minat baca. Bukan hanya sebuah inovasi, lanjut Eri, untuk meningkatkan minat baca, juga harus ada kolaborasi antar perangkat daerah.
“Ketika Bunda Literasi bersinergi dengan Dinas Pendidikan (Dispendik) atau Sinau Bareng di Balai RW, pasti itu akan meningkatkan minat baca. Selain itu, pemkot juga harus membiasakan dan mengajak anak-anak untuk membaca sejak dini,” ujarnya.
Wali kota yang akrab disapa Cak Eri Cahyadi itu menambahkan, ketika minat baca di Kota Pahlawan itu meningkat, maka generasi berikutnya bisa memberikan inovasi, solusi dan jiwa kebangsaan yang tinggi untuk kota ini.
“Semoga dengan dikukuhkannya Bunda Literasi dan launching buku “Ensiklopedia Sejarah dan Budaya Surabaya” ini, dapat memberikan wawasan yang lebih dalam mengenal Budaya Arek dan sejarah kota ini,” harap wali kota yang juga kader PDI Perjuangan tersebut.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Kota Surabaya, Mia Santi Dewi menyampaikan, dengan dikukuhkannya Bunda Literasi, ke depannya bisa meningkatkan minat baca di kalangan masyarakat terutama pada generasi muda.
Pihaknya juga berharap Bunda Literasi di tingkat kecamatan dan kelurahan bisa memberikan inovasi dan inspirasinya kepada masyarakat.
Setelah pengukuhan Bunda Literasi, lanjut Mia, Dispusip akan memperbarui Taman Baca Masyarakat (TBM) di seluruh wilayah kecamatan.
“TBM bukan sekadar tempat untuk membaca, tapi juga sebagai tempat untuk mencari segala informasi dan kegiatan. Seperti sekarang, itu ada kelas fotografi, ada juga anak-anak yang ke TBM untuk minta bantuan kepada petugas kami untuk mengerjakan PR, sembari belajar dan sebagainya,” terang Mia.
Dia menambahkan, ke depannya anak-anak di Surabaya tidak lagi menganggap TBM hanya untuk tempat membaca buku, tapi di dalam itu juga bisa diisi dengan berbagai kegiatan menarik.
“Karena TBM itu sangat mudah dijangkau masyarakat, terutama di perkampungan. Anak-anak bisa belajar apa saja dan bebas untuk memilih fasilitas kelas yang kami siapkan bersama Dispendik,” pungkasnya. (dhani/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS