MAGETAN – Dusun Wonomulyo di Lereng Gunung Lawu, hampir semalaman, Senin (6/6/2022) seakan tidak tidur. Malam itu, masyarakat dusun yang masuk wilayah Desa Genilangit, Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan tersebut menggelar ritual upacara tradisi Galungan.
Tradisi yang digelar 7 bulan sekali setiap Wuku Galungan kalender Jawa ini dihadiri anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Provinsi Jawa Timur, Diana Amaliyah Verawatingsih. Hadir juga Bupati Magetan Suprawoto.
Sekira dua jam setelah matahari tak lagi menampakkan sinarnya, ribuan warga Dusun Wonomulyo berbondong-bondong menuju satu titik, makam leluhur.
Mereka membawa seserahan seperti gula merah, kelapa, hingga minyak goreng, sebagai wujud sedekah bumi, kepada sang leluhur yang mbabat alas wilayah setempat.
Selama menuju pusat acara, mulai depan gerbang hingga ke makam sang leluhur, terdengar iringan lantunan musik tradisional dari bambu, Thongling.

Galungan Wonomulyo ini merupakan tradisi yang digelar tiap 6 bulan sekali, dan berjalan turun-temurun.
Tradisi Galungan digelar sebagai wujud penghormatan warga setempat kepada pendiri dusun, yakni Ki Hajar Wonokoso yang telah berjasa mengangkat derajat dan kesejahteraan warga.
“Tradisi Galungan ini mencerminkan guyub rukunnya warga daerah. Saya sangat luar biasa bisa hadir dalam satu acara yang diikuti berbagai umat agama dan kepercayaan. Tanpa melihat latar belakang, semua gotong royong demi kesuksesan acara,” ungkap Diana Sasa, sapaan Diana A Verawatiningsih, di sela acara Galungan.
Dia menjelaskan, bahwa tradisi Galungan warga Wonomulyo merupakan replika dari ajaran Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat dapat saling menghormati sehingga gotong royong sebagai saripati dasar negara mampu diterapkan dengan bijak.
“Ini merupakan contoh dari kepribadian bangsa Indonesia yang patut ditiru tiap daerah, berbagai agama di sini dari Islam, Hindu, Budha, hingga kepercayaan, kesemuanya hidup berdampingan sejak dahulu dan tanpa pernah ada konflik,” bebernya.

Menurut mantan aktivis buku yang kini menjadi wakil rakyat Dapil IX Jatim tersebut, tingginya rasa toleransi warga di sana yakni tak lepas dari petuah sang leluhur, untuk menjaga perdamaian antar saudara, dan menjauhi konflik.
“Ojok tukaran dengan saudara sendiri, merupakan ajaran dari Ki Hajar Wonokoso untuk mengutamakan kerukunan dari pertengkaran dengan warga sendiri,” tutur dia.
Diana Sasa menambahkan bahwa Wonomulyo merupakan salah satu daerah yang bisa jadi jujukan untuk wisatawan baik dari dalam dan luar negeri.
Selain keguyuban warga, pemandangan di wilayah pedesaan itu sangat asri dengan udara yang sejuk. Sehingga dirinya tidak ingin menyia-nyiakan begitu saja anugerah Tuhan di Bumi Magetan.
“Saya terus mendorong tempat ini menjadi desa wisata, dengan berbagai kearifan lokal, mulai dari suasana, hingga makanan dan minuman yang ada, harus asli dari tempat ini,” ucapnya. (yols/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS