MALANG – Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur Daniel Rohi mengatakan, kekurangan produksi beras atau dev\fisit beras di Kota Malang merupakan sebuah ironi dan mendatangkan keprihatinan, meski saat ini para petani bersuka cita karena harga gabah mencapai Rp 6.000 per kg.
Daniel mengungkapkan, masalah defisit beras di Kota Malang bukanlah isu baru, melainkan isu lama yang tak kunjung diselesaikan dan diantisipasi. Menurutnya bisa saja masalah ini sebagai refleksi dari akar masalah di bidang pertanian di Jawa Timur, bahkan di Indonesia.
“Menurut catatan, sejak tahun 2007 Kota Malang telah terjadi defisit beras. Penyebab utama adalah terjadi alih fungsi lahan produktif pertanian secara masif dan tidak terkontrol untuk perumahan, industri, perdagangan dan lain-lain,” ungkap Daniel Rohi.
Hal itu dia sampaikan usai bertemu dan berdialog dengan Kelompok Tani Sri Mulyo dan Kelompok Ternak Margo Muyo di Dusun Babaan, Desa Ngenep Kecamatan Karang Ploso, Kabupaten Malang (3/9/2023).
Padahal, tambah Daniel, pada 2007 luas lahan pertanian di Kota Malang sebesar 1.550 hektare, menyusut menjadi 1.400 hektare pada 2009, pada tahun 2012 tinggal 1.300 hektare, tahun 2013 luas lahan tinggal 1.282 hektare.
Lalu pada tahun 2015 menyusut menjadi 942 hektare dan tahun 2023 luas lahan pertanian tinggal 803 hektare dan hanya mampu memproduksi 15.000 ton.
Jika dihitung sejak 2007 sampai 2023 atau selama 16 tahun, sebutnya, lahan menyusut menyentuh 51,8% atau menyusut rata-rata 3,2 % per tahun setara dengan 49,6 hektar/tahun
Faktor lain yang perlu diteliti lebih lanjut, sebutnya, adalah kondisi SDM pertanian. Yakni apakah jumlah para petani masih memadai atau cenderung berkurang, karena sektor pertanian semakin tidak menarik perhatian generasi muda dan juga komoditas pertanian secara ekonomi tidak menguntungkan.
Apalagi, tambah Daniel, masalah kelangkaan pupuk bersubsidi dan mahalnya harga pupuk terus menjadi masalah klasik yang sampai sekarang belum mampu diatasi. Selain itu, perubahan iklim global bisa juga menjadi faktor yang harus diperhitungkan dan diantisipasi
“Solusinya harus tegas dalam melaksanakan Perda RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) secara konsisten. Yakni lahan-lahan produktif untuk pertanian tidak boleh dialihfungsikan,” tegas legislator yang juga Wakil Ketua DPD Perjuangan Jatim tersebut.
Selain itu, perlu ada inovasi dalam pertanian agar dengan lahan yang sempit, namun produktivitas tetap optimal.
Untuk itu, dia menyebut pemerintah perlu melakukan fasilitasi dan intervensi lewat bantuan benih berkualitas, pendampingan yang intensif untuk peningkatan kualitas SDM dan tidak kalah penting adalah penggunaan teknologi pertanian untuk pengolahan dan pasca panen.
Terakhir, sambung Daniel, adalah mengedukasi dan memotivasi generasi muda untuk terjun berkarya di bidang pertanian, karena bidang pertanian merupakan bidang yang sangat penting bagi masa depan bangsa Indonesia sebagai negara agraris.
“Penguatan ketahanan dan kedaulatan pangan harus didukung oleh SDM yang memadai secara kuantitas dan kualitas,” ujarnya.
Solusi masalah ini, imbuh Daniel, secara konseptual harus ditinjau secara komprehensif dengan pendekatan sistem, bahwa persoalan pertanian merupakan sebuah ekosistem yang terintegrasi dan saling mempengaruhi antara elemen-elemen pendukung.
“Elemen pendukungnya, seperti kondisi lahan, petani atau SDM, teknologi, pasar, benih, pupuk bahkan faktor alam seperti iklim dan hama,” pungkas Daniel. (red/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS